Review abal-abal : EVOCATION II-PANTHEON album by ELUVEITIE

Hae teman-teman Helvetion~ udah tau kan ya, tanggal 18 Agustus lalu, Eluveitie baru aja rilis album baru, “EVOCATION II – PANTHEON”. Album ini adalah album akustik ke 2 Eluveitie setelah di tahun 2009 lalu mereka merilis album Evocation I. Bagi aku, album ini terasa spesial, soalnya ini album pertama mereka dengan formasi baru. Anyway, aku seneng banget karena mbak Nicole udah gabung lagi di Eluveitie setelah kemarin sempat hiatus buat ngurus anak-anaknya.

Eluveitie-2017

Namanya juga album akustik ya, jadi di sini lagu-lagunya gak nge-metal, tapi murni folk dan udah pasti menceritakan tentang sejarah dan budaya bangsa Celtic. Jadi jelas gak bisa dibandingkan sama album-album Eluveitie sebelumnya kayak Origins, Helvetios, dan sejenisnya yang folk-metal.

Evocation II berisi 18 lagu, semua lagu yang ada liriknya itu full pakai bahasa Celtic kuno, dan untuk bikin lirik lagunya, Chrigel bekerjasama dengan beberapa sejarawan Eropa, referensinya aja diambil dari skrip kuno Celtic yang udah berumur sekitar 2000 tahun. Niat banget emang!! Kayak lagu Brictom yang termasuk lagu di album Evocation I tahun 2009 dulu, bikin liriknya kan ngambil dari skrip kuno. Chrigel cs emang Nasionalis banget, gak mau ngasal buat bikin karya tentang budaya bangsanya sendiri.

 

Seperti biasa yes, kalau ada rilisan album baru dari band yang aku suka, bawaannya pingin sok-sok nge-review sotoy gitu. Yaudah deh, biar aku bahagia ya, aku mulai review-nya, dengan bermodal kesoktauan dan referensi ke-Celtic-an yang diambil dari internet.

eluveitie-evocation-ii-pantheon-cover

Album ini dibuka dengan track berjudul “DUREððU”, track pembuka berdurasi 1 menit 23 detik ini penuh dengan efek-efek suara angin, pekikan burung, dan ditutup dengan suara sang vokalis baru, Fabienne Erni, yang melantunkan sepenggal puisi(?) dalam bahasa Celtic kuno.

 

Di track ke 2 ada lagu yang judulnya mengingatkan kita sama bayang-bayang mbak Anna, “EPONA”. Walaupun sama-sama ada nama Epona (dewi kuda dan kesuburan), tapi Epona yang ini bener-bener bedaaa banget dari A Rose For Epona!! Mulai dari lirik lagunya yang full bahasa Celtic kuno sampai musiknya yang enerjik, gak ada unsur sedih-sedihnya samasekali kayak Epona yang dulu. Waktu denger intronya sih kayak gak asing, ternyata pas diinget-inget, ini mirip The Nameless. Melodi di pertengahan lagunya juga mirip The Nameless. Fix, ini sih The Nameless versi akustik!

 

Next, ada sequel dari lagu Sucellos, judulnya “SVCELLOS II”. Kalau di album Origins lagu Sucellos musiknya bringas penuh dengan scream Chrigel yang membahana, kali ini sequelnya adem kalem mendayu merdu, didominasi sama flute dan bagpipes, udah gitu durasinya gak ada 2 menit.

 

Di track ke 4 ada “NANTOSVELTA”, ini melodinya gak asing deh! Tapi sampe sekarang aku belum tau ini melodi di lagu Eluveitie yang mana. Mirip-mirip Andro sih, tapi bukan Andro. Gak tau ah, lupa.

Lagu instrumental ini awalnya merdu mendayu dengan dominasi intrumen aerophone, di pertengahan lagu, drum-nya bebep Alain yang enerjik mulai masuk, dan makin menjelang ankhir lagu beat-nya makin kenceng. Suka banget deh sama lagu ini, walaupun masih penasaran itu melodinya mirip lagu yang manaaa~

Oh iya, di sini kita kembali mendengar sepenggal syair yang dibacakan Fabienne Erni, dalam bahasa Celtic kuno tentunya.

Menurut Wikipedia, Nantosvelta adalah dewi kesuburan, dewi bumi, dewi tanah, dan dia dipasangkan denga dewa Sucellos.

 

Berikutnya, ada track yang menceritakan tentang dewa Celtic lagi, “TOVTATIS”. Durasinya cuma 1 menit 5 detik, berisi hymne atau mungkin semacam syair puji-pujian buat dewa Toutatis dengan iringan hurdy-gurdy dan efek suara hembusan angin.

 

Di lagu ke 6 ada “LVGVS”. Waktu pertama dengerin dan nonton videonya aku sempet ketuker ngiranya ini melodi Tri Martolod, ternyata pas diinget-inget lagi, ini melodi lagu tradisional Ev Sistr. Melodi Ev Sistr ini kalau gak salah juga dipakai di lagu Eluveitie yang Uis Elveti. Lugus atau Lug atau Lugh, adalah nama salah satu dewa besar bangsa Celtic, dipuja juga sama bangsa Roma sebagai Mercury (Yunani : Hermes).

Musiknya aku suka, enerjik, udah gitu ada harpanya. Fabienne Erni selain vokalnya bagus kan doi juga bisa main harpa sama mandola.

 

“GRANNOS”, sempat  bikin aku penasaran waktu nemu salah satu video live Eluveitie di youtube jauh sebelum album ini rilis, jadi lagu ini udah pernah dibawain live, mungkin semacam spoiler waktu rumor perilisan album akustik ke 2 mulai ramai. Aku kira ini lagu baru yang bener-bener baru, ternyata ini adalah versi akustik dari lagu Slania’s Song. Bedanya, yang ini gak ada suara vokalnya, jadi murni instrumental. Di awal sih merdu mendayu mesra, tapi di pertengahan lagu musiknya mulai agak kencengan. Kece!!

 

“CERNVNNOS”, nama salah satu dewa agung bangsa Celtic ini sering kita dengar di lagu band-band folk Eropa, bahkan dipakai juga buat nama band folk-metal, Cernunnos. Kita kembali disuguhi himne musikal lagi di track ke 8 ini. Dengan durasi gak sampai 3 menit, menurutku track ini biasa aja sih.

 

“CATVRIX”, musiknya pas banget sama judulnya. Caturix, adalah dewa perang bangsa Celtic kuno. Track ini dibuka dengan efek suara decitan pedang, samar-samar ada suara terompet gading yang biasa dipakai di film-film perang jaman pertengahan gitu. Nuansanya udah ngajak perang, dan pagan banget. Aku suka nada tingginya Fabienne. Boleh juga.

 

“ARTIO”, ngomongin soal nada tingginya Fabienne Erni, di track ke 10 ini aku dibikin kagum sama pengganti Anna yang ternyata berbakat. Di sini Fabienne semacam ‘nyinden’ pakai bahasa Celtic kuno, dengan suara merdu mendayu, dan sesekali menjangkau nada-nada tinggi yang bikin aku makin merinding, apalagi gak ada iringan musiknya, jadi suaranya terdengar lebih clear. Terus menjelang akhir lagu suara instrumen aerophone-nya mulai kedengeran, dan menjadi penutup lagu yang cukup kece.

 

“AVENTIA”. Lagu instrumental yang didominasi flute dan bagpipes ini awalannya bikin adem, serasa lagi di hutan sambil menikmati kesejukan dan semilir angin. Begitu fiddle, hurdy-gurdy, gitar, dan perkusinya mulai masuk, nuansanya jadi kayak musik tradisional irlandia atau semacamnya gitu *sotoy*.

Suka!!

 

Setelah mengadopsi melodi dari lagu tradisional Tri Martolod di lagu Inis Mona, Eluveitie kembali mengadopsi lagu Tri Martolod di track ke 12 ini, “OGMIOS”. Kali ini lebih lengkap, bagian verse dari lagu ‘Tiga Pelaut’ itu juga dimasukkin ke lagu ini, terus efek-efek suara lautnya juga kedengeran. Di album Eluveitie sebelumnya (Origins) juga ada sih lagu yang judul Ogmios, cuman aku lupa yang kayak gimana, gak aku save, berarti gak nyangkut. Kalau Ogmios yang ini sih jelas suka lah~

 

“ESVS”. Suara instrumen aerophone dan petikan gitarnya begitu adem. Apalagi waktu Fabienne mulai melantunkan syair-syair berbahasa Celtic kuno. Suaranya aduhai banget macem sinden. Terus menjelang akhir ada choir-choirnya gitu, pagannya berasa banget.

 

This is it!! “ANTVMNOS”, adalah salah satu lagu yang bikin aku cukup terkejut juga. Njir~ sejauh aku suka Eluveitie baru kali ini aku denger mereka mengadopsi melodi dari lagu tradisional yang terkenal itu, SCARBOROUGH FAIR broh!! Aaaaaakkk~ langsung kesenengan akunya! Dari semua lagu Scarborough Fair yang dicover sama banyak musisi, ini adalah salah satu yang paliiiing aku suka. Soalnya… yang bawain Eluveitie. Wkwwk.. ya gak gitu juga sih. Soalnya Eluveitie memang memberi suguhan yang cukup berbeda dan sangat indah menurut aku, walaupun ini lagu instrumental. Aku suka melodi yang dimainin pakai flute dan bagpipes di pertengahan lagu, menyayat kalbu!! :’D

Udah gitu ada efek-efek suara hembusan angin dan deburan ombak gitu. *gakpentingsih*

 

Next, ada “TARVOS II (Sequel)”. Aku lupa, Tarvos yang versi pertama kayak apa ya dulu? Gak aku save kayaknya. Tapi aku suka versi sequel-nya ini. Suara bagpipes (atau flute ya?) ngingetin sama tari ular ala india-indiaan. Wkwkwk…

 

Track ke 16, “BELENOS”. Gak terlalu special dan gak flat juga sih, tetep enak buat dinikmatin. Instrumen aerophone-nya bikin adem. FYI, Belenos adalah nama Dewa Matahari bangsa Celtic.

 

Setelah tadi beradem-adem sama lagu instrumental Belenos, track selanjutnya, “TARANIS” mengajak kita buat sedikit berhentak-hentak(?) menikmati beat yang  cukup enerjik dari lagu yang menceritakan tentang Dewa Petir ini. Aku suka perpaduan flute dan fiddle-nya. Menjelang akhir lagu, mbak Fabienne kembali melantunkan sepenggal syair berbahasa Celtic.

 

Dan tiba lah kita di track terakhir, “NEMETON”, sebagai penutup album ini. Seperti intro atau outro di album-album Eluveitie yang lain, ini penuh dengan efek suara alam kayak suara ombak, hembusan angin (bukan angin yang keluar dari dalam perut kamu ya), terus kayak ada suara burung gagak (atau ntah apa), dan om Chrigel yang seperti membisikkan mantra dalam bahasa Celtic kuno. Namanya juga penutup yes, jadi durasinya gak lebih dari 2 menit. Anyway, arti nama “Nemeton” sendiri masih jadi perdebatan para ilmuwan/sejarawan. Bagi bangsa Celtic sendiri, Nemeton adalah tempat keramat, tempat yang punya hawa mistis, atau tempat yang dianggap mempunyai energi yang gak biasa.

 

Gitu deh.

Menurut aku sih, album akustik ke 2 dari Eluveitie ini bagus banget. Namanya juga album akustik yes, jadi gak nyabung kalau dibandingkan sama album folk-metal mereka. Malahan aku makin salut sama Eluveitie, walaupun udah gak bareng sama 3 ‘personil penting’ yang dulu, tapi Eluveitie tetap bisa mempersembahkan karya yang epic. Itu membuktikan kalau Eluveitie memang band yang hebat. Gak ada Anna, Michalina pun jadi, gak ada Anna, Fabienne pun mampu menggetarkan hati, gak ada Ivo, om Jonas pun oke, gak ada Merlin, bebep Alain pun tetap bisa mengguncang panggung (dan mengguncang hatikuh dengan pesona ketamvanan dan bakat nge-drumnya yang gak bisa diremehkan). Jadi, kehilangan 3 member penting gak membuat Eluveitie kehilangan ke-epic-annya. Begitupun ex Eluveitie yang sekarang udah jadi Cellar Darling, mereka bisa menjadi band yang hebat dengan jalur mereka sendiri. Duh, nge-review album aku jadi baper gini, malah ngomongin ex Eluveitie *bukti kalau bayang-bayang Anna belum bisa sepenuhnya lepas*

 

Gimana kalau menurut kamu? Share di kolom komen ya!

Makasih banyak udah berkunjung ^_^

 

 

(Referensi : metalmasterkingdom.com, loudwire.com, distortedsoundmag.com, britannica.com)