RIYA Merusak Nilai Ibadah

Gaes, kalian pernah ga, nemu status di facebook yang semacam :
“Sholat dulu ah, biar adem”
“Tidur lebih awal ah, biar nanti sholat tahajjudnya ga ngantuk2 amat” (misalnya)
Atau status-status yang menunjukkan kegiatan ibadah kita.

Sosial media semacam facebook, twitter, atau yang lainnya memang diciptakan salah satunya untuk meng-share atau berbagi cerita tentang kehidupan kita. Tapi tentunya kita paham, bahwa tidak semua kehidupan pribadi kita itu baik untuk di-share ke publik, sekalipun itu hal-hal positif. Termasuk ibadah. Sadar atau engga, ketika kita mengumbar kebaikan (ibadah) yang kita lakukan, dalam hati kecil BIASANYA ada perasaan ingin dipuji oleh orang lain, atau minimal terlihat baik di mata orang lain. Oke, mungkin engga semuanya, tapi kebanyakan.
“Aku engga ada niat sombong atau riya kok”
“Aku ga bermaksud pingin dipuji kok”
Ya silahkan meyakinkan diri atau berusaha menampik perasaan itu dengan kata-kata di atas, tapi ketahuilah, sesungguhnya Tuhan jauh lebih tau tentang hati kita dibanding kita sendiri.

Mau cerita nih,
Aku punya 3 akun facebook, yang satu khusus buat jejepangan, nge-fangirl, dan nge-gaje. Akun satunya aku pakai buat berkomunikasi sama teman-teman dunia nyata atau saudara. Terus satunya lagi akun RP *ga penting* XD
Nah, di akun yang isinya teman-teman nyata (teman-teman non-jejepangan) aku sering liat status teman di akun fb itu yang meng-share kegiatan sholatnya.
Aku ini kan termasuk kaum pegadang, alias pelaku begadang, jadi aku suka online pake akun mana aja di jam-jam tengah malam.
Terus pernah suatu malam, aku melihat status seseorang yang akan melaksanakan sholat tahajjud. Pas baca status itu, aku langsung yang “Wah, ni orang apa-apaan sih?”
Ya aku heran aja. Tujuan dia mengumbar niat sholat tahajjudnya ke facebook itu apa? Biar dikatain anak sholeh? Atau mungkin dia jomblowan terus kali aja ada jomblowati lagi online tengah malem terus liat status dia dan memandang bahwa dia anak baik karena mendirikan sholat tahajjud, kemudian si jomblowati itu jatuh cintrong? *author berpikir terlalu dalam dan jauh* :v
Oke mungkin aku sudah berpikiran negatif tentang penyetatus itu. Tapi mengumbar kegiatan ibadah apalagi yang hubungannya antara diri kita dengan Tuhan itu sebaiknya cukup kita dan Tuhan saja yang tau. Teman facebook dan tukang bajaj ga perlu tau tentang itu.
Dan lagi, bukankah kesombongan meski sekecil atom dan sikap riya itu bisa merusak nilai ibadah kita di mata Allah?
Niatnya baik, mau sholat tahajjud, mau sholat dhuha, mau sholat wajib, tapi kalau nilai kebaikan itu harus rusak karena riya yang nyelip di dalam hati kita, gimana dong?

Contoh lagi nih.
“Aku ikut senang melihat ibu tersenyum ketika menerima uang 200 juta hasil jerih payahku”
Vroh, ngasih uang ke orang tua itu kan termasuk sedekah. Apa ga sebaiknya biar malaikat aja yang nyatet kebaikan itu daripada kamu yang nyatet sendiri di tembok facebook atau twitter?

Ayah aku, laki-laki yang paling aku sayangi di dunia ini, beliau pernah berkata “Jika kamu melakukan suatu kebaikan, lakukanlah dengan ikhlas, dengan tidak mengingat-ingatnya lagi. Sama seperti ketika kamu buang air besar, begitu ‘tabungan’mu nyemplung ke WC atau ke kali kalau kamu BAB di jamban, kamu pasti mengikhlaskannya kan? Dan kamu tidak akan mengingat-ingat bagaimana wujud ‘tabungan’mu yang sudah nyemplung ke WC tadi”.
“Ea ea lah pak, kan namanya juga BAB, mana ada orang BAB terus ga rela ‘tabungan’nya nyemplung WC?” -_-
“Nah! Melakukan kebaikan pun harusnya seperti itu”.

Ya aku sih engga bermaksud menyalahkan status-status semacam itu atau menganggap sombong atau riya. Seterah yang punya akun pesbuk / twitter sih, suka-suka dia mau nyetatus apa. Tapi apa engga sayang-sayang kalau nilai ibadah kita rusak hanya karena status facebook atau twitter? 🙂

“Aku ga maksud riya kok, aku kan cuma mengajak teman-teman untuk mendirikan sholat berjamaah!”
Vroh, aku yakin banget, rumah teman-teman facebook kamu dekat dengan masjid atau mushola, mereka pasti mendengar kumandang adzan. Dan aku pikir, mendengar adzan itu lebih efektif untuk menggerakkan langkah mereka ke mushola daripada membaca status fb-mu.

Kita semua tentunya tau, yang berhak menentukan besar kecilnya pahala atas kebaikan atau ibadah yang telah kita lakukan itu hanyalah Tuhan kita. Dia-lah yang sepenuhnya tau bagaimana kita melakukan suatu kebaikan, apa yang terselip dalam hati kita, jadi hanya Dia yang berhak menilai ibadah kita, bukan pacar, bukan gebetan, apalagi author yang tidak berilmu ini.
Tetapi kembali lagi, “kita tidak tau pasti apa yang sebenarnya tersimpan dalam hati kecil kita”, untuk itu, melakukan hal-hal yang dikhawatirkan akan merusak nilai kebaikan kita sebaiknya dihindari, kalau memang niat ibadahnya untuk mengharap ridhonya Allah.
Tapi kalau memang kita melakukan kebaikan demi mendapat perhatian gebetan, ya silahkan saja, itu hak masing-masing kok, cuman hal-hal yang semacam itu hanyalah sia-sia.

Hah, yasudahlah. Kita sama-sama introspeksi diri. Aku manusia yang punya banyak dosa, mungkin tanpa sadar aku juga pernah merasa sombong atau merasa lebih baik dari yang lain. Mudah-mudahan kita semua dijauhkan dari kesombongan dan sifat riya yang hanya akan merugikan kita.
Sekian. Terima kasih, dan mohon maaf kalau ada salah-salah kata.
Mohon koreksinya pak, bu (‘_’)v

Wassalammetalikum! XD

Deirdre & Naoise (cerita cinta-cintaannya mitologi Celtic) XD

Sejak kenal Eluveitie, sejak aku makin suka sama musik folk dan musik Celtic, aku jadi tertarik sama hal-hal yang berbau Celtic. Sebelumnya aku lebih suka sama hal-hal semacam mitologi Yunani daripada mitologi yang lain (Nordik misalnya). Tapi setelah tau history dan arti dari lagu-lagu folk atau lagu-lagu celtic yang aku dengerin, aku jadi makin kepo, jadi makin pingin tau lebih banyak tentang bangsa Celtic dan mitologinya.

Ga Yunani, ga Nordik, ga mitologi Jawa, hampir semua mitologi dari berbagai negara pasti ada unsur romantic-nya. Begitu juga sama mitologi Celtic, lebih tepatnya mitologi dari Irlandia, itu yang mau aku bahas di postingan ini.

Haha… mendongeng… mendongeng… X’D

Jadi waktu itu aku mendadak iseng googling tentang cerita cinta-cintaan di mitologi Celtic (keywords pake bahasa Inggris, pake bahasa Indonesia ga nemu-nemu) dan kemudian nongolah salah satu kisah cintrong paling terkenal dari Celtic lebih tepatnya dari Irlandia. “Deirdre and Naoise”. Walaupun bacaannya pake bahasa Inggris sementara kemampuan bahasa Inggrisku pas-pasan, tapi ga apa deh, itung-itung nambah kosakata bahasa Inggris dikit-dikit. Untung di hape udah aku install aplikasi kamus (offline) XD

Oke, cekidot~

Deirdre and Naoise

 

Di malam bulan purnama, telah lahir seorang anak perempuan yang diberi nama Deirdre. Bayi cantik itu menjadi kebanggaan bagi kedua orang tuanya. Feidhlim sang ayah lalu membawa putrinya ke para druids untuk diramalkan nasibnya. Dalam sejarah kuno bangsa Celtic, druid adalah orang-orang yang mempunyai keahlian dalam bidang ilmu dan meramal. Bangsa Celtic erat kaitannya dengan ilmu-ilmu sihir, dan mereka sangat mempercayai ramalan.

Para druids memejamkan mata lalu menengadah ke langit malam yang berbintang. Mereka tersenyum, mereka mengatakan bahwa kelak Deirdre akan tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, bahkan menjadi yang tercantik di Ulster (nama sebuah provinsi di bagian utara Irlandia).

Namun kemudian para druids itu bersedih. Mereka berkata bahwa kelahiran Deirdre akan membawa kematian dan perselisihan di negerinya.

Tak lama setelah itu, The Red Branch Knights (bangsa Irlandia kuno menyebutnya Cróeb Ruad) semacam kelompok kemiliteran Ulster mendengar kabar tentang ramalan para druids. Mereka lalu pergi menemui Raja Connor (atau Conchubor) untuk melakukan sesuatu agar ramalan tersebut tidak akan terjadi. Beberapa anggota Red Branch Knights menyarankan supaya bayi itu dibunuh.

Namun sang raja menolaknya, ia memutuskan untuk mengasingkan bayi cantik itu ke hutan yang jauh, dan ketika Deirdre tumbuh dewasa menjadi gadis tercantik di Irlandia, dia akan diperistri oleh sang raja.

Tidak ada satu pun yang berani menentang perintah Raja Connor. Dengan berat hati, kedua orang tua Deirdre harus merelakan putri kebanggaannya untuk diasingkan ke hutan. Tapi sang raja menjamin kehidupan Deirdre karena bayi itu tidak ditinggalkan sendirian di hutan, melainkan bersama Levarcham, seorang pengasuh yang diamanati raja Connor untuk merawat dan mengajari banyak hal pada Deirdre, hingga Deirdre tumbuh dewasa, hingga tiba waktunya bagi raja Connor untuk menikahi Deirdre.

Singkat cerita, Deirdre telah menjelma menjadi gadis cantik yang kecantikannya tak tertandingi oleh makhluk-makhluk hutan. Pfftt~ elah makhluk hutan :v

Ya gitu deh, tepat seperti yang diramalkan para druids.

Namun sayang kecantikan sempurna itu sedikit meredup setiap kali Deirdre mengingat hari yang kedatangannya tak pernah ia harapkan. Deirdre tau tentang ramalan dirinya, ia tau bahwa ia dipisahkan dari orang tuanya dan diasingkan di hutan oleh seorang raja yang bahkan melihatnya saja membuat ia muak. Deirdre juga telah mengetahui rencana sang raja untuk menjadikan Deirdre pengantin baginya, oleh karena itu ia mengasingkan Deirdre agar tidak jatuh ke tangan laki-laki lain.

Suatu ketika, Levarcham mendekati Deirdre yang tengah melamun sendirian di bawah pohon cabe *eh?* pohon besar di dekat sungai. Levarcham tau kalau Deirdre lagi galau karena hari pernikahan itu akan segera tiba. Tapi tebakan Levarcham kurang tepat, karena ternyata Deirdre sedang memikirkan seseorang, dan jelas itu bukanlah sang raja.

Deirdre menceritakan sesuatu yang mengganggu pikirannya pada Levarcham.

Deirdre mengatakan bahwa akhir-akhir ini ia sering mengalami mimpi yang sama. Dalam tidurnya, Deirdre bermimpi melihat sebuah peperangan, dan di sana ada tiga orang pemuda yang bertempur dengan gagah berani.

Namun, di antara tiga pemuda itu, ada satu pemuda tampan yang selalu menjadi pusat perhatian Deirdre. Ia berwajah sangat tampan, bertubuh tinggi, rambutnya hitam pekat seperti warna bulu burung gagak, dan kulitnya putih seputih salju *halah*. Ia terlihat paling bersinar dan paling berani dalam pertempuran itu.

“Apa kau tau siapa lelaki dalam mimpiku itu?” tanya Deirdre pada Levarcham.

Levarcham tersenyum, “Tiga lelaki itu adalah putra Uisneach. Dan lelaki yang kau gambarkan itu adalah Naoise, pemimpin dari anggotanya. Dua lelaki yang selalu berada di sampingnya tidak lain adalah saudaranya sendiri.”

Mendengar namanya saja sudah membuat Deirdre tersenyum. Deirdre lalu memohon pada Levarcham untuk mempertemukannya dengan Naoise, namun Levarcham menolak.

Tentu saja ia tidak ingin menentang perintah sang raja untuk tidak memperlihatkan Deirdre pada laki-laki lain. Levarcham dihadapkan pada pilihan yang sulit karena setelah ia menolak untuk mempertemukan Deirdre dengan Naoise, putri cantik itu terlihat semakin menyedihkan, lebih menyedihkan dari biasanya. Ia terus melamun, menyendiri, dan sesekali menyebut nama Naoise, hingga akhirnya Deirdre jatuh sakit. Levarcham jadi khawatir. Jangankan kena flu atau sakit parah kayak gitu, Deirdre digigit nyamuk aja, kalau sampe raja Connor tau, Levarcham bisa diomelin abis-abisan bahkan sampe dipotong gaji. Duh, Levarcham jadi dilema. Tapi akhirnya dia menyerah, ga kuat liat Deirdre terus-terusan galau dan sakit.

Begitu Levarcham bersedia mempertemukan Deirdre dengan Naoise, Deirdre mendadak sehat kembali. Jangan-jangan sakitnya itu cuma modus XD

Deirdre dan Naoise pun bertemu. Mereka saling jatuh cintrong sejak pandangan pertama. Eh, pandangan pertama cuma berlaku buat Naoise, tapi bagi Deirdre, ini adalah ke sekian kalinya dia melihat Naoise.

Tanpa Levarcham tau, Deirdre berniat kabur dari hutan. Dia meminta Naoise untuk membawanya pergi jauh dari Ulster, kalau bisa sih ga usah balik lagi ke Irlandia. Awalnya Naoise menolak, tapi karena Deirdre maksa, dan Naoise ngerasa kasian sama Deirdre, akhirnya Naoise bersedia pergi dari Ulster dengan membawa Deirdre. Tapi mereka ga cuma berdua, karena Ainnle dan Ardan, dua saudara laki-laki Naoise juga ikutan. Selain sebagai kakak tertua, Naoise juga menjabat(?) sebagai pemimpin di kelompoknya (mereka bertiga satu kelompok) jadi kemanapun Naoise pergi, Ainnle dan Ardan akan selalu mendampingi.

Mereka lalu berlayar dan mendarat di sebuah pulau di pesisir Skotlandia. Deirdra hidup bahagia bersama Naoise, mereka tinggal menetap di pulau itu selama kurang lebih 4 tahun. Suatu ketika, mereka mendapatkan surat dari raja Connor. Dalam surat itu dikatakan bahwa raja Connor telah memaafkan Deirdre dan Naoise lalu meminta mereka pulang ke Ulster. Deirdre tidak percaya dengan isi surat itu, tapi Naoise terus berusaha meyakinkan Deirdre bahwa sang raja telah benar-benar memaafkan mereka. Bagaimanapun, Ulster adalah negeri mereka, terlebih Naoise merupakan salah satu anggota kemiliteran yang sangat diandalkan. Naoise berpikir bahwa ampunan dari sang raja adalah jalan bagi Deirdra, Naoise, dan kedua saudaranya untuk dapat kembali ke Ulster. Mereka pun memutuskan untuk pulang, meski Deirdra masih ragu, tapi Naoise terus meyakinkan Deirdra bahwa keselamatan dan kehidupannya akan terjamin, sesuai perkataan raja Connor dalam surat itu.

Namun, di tengah perjalanan, Deirdra merasakan firasat buruk. Ia lalu meminta Naoise untuk kembali ke rumah kecil mereka, tapi Naoise menolak, Naoise terus berusaha meyakinkan kekasihnya bahwa semua akan baik-baik saja.

Tibalah mereka berempat di negeri asal mereka, Ulster. Beberapa orang dari Red Branch Knights menyambut hangat kedatangan mereka. Meski sudah 4 tahun tidak bertemu, tapi para prajurit Red Branch Knights masih menghormati Naoise sebagai salah satu pemimpin anggota. Naoise dan kedua saudaranya semakin yakin bahwa mereka telah kembali diterima oleh Ulster.

Beberapa prajurit itu mempersilahkan Naoise, Deirdra, dan kedua saudara Naoise untuk beristirahat di Eamhain Mhacha, benteng Red Branch Knights yang telah lama Naoise tinggalkan. Para prajurit pun mengawal perjalanan mereka menuju Eamhain Mhacha. Namun di tengah perjalanan, rombongan Naoise malah diantar menuju istana sang raja.

Kekhawatiran Deirdra sejak awal mulai memuncak.

“Raja ingin menyambut kalian” ujar salah seorang prajurit.

Benar saja, kedatangan Naoise, Deirdre, Ainnle, dan Ardan disambut oleh raja Connor. Setelah basa-basi sebentar, tiba-tiba segerombolan prajurit Red Branch Knights datang. Mereka mengepung Naoise, Ainnle, dan Ardan, sementara Deirdre dijauhkan dari Naoise oleh sang raja. Para prajurit bersenjata itu lalu menyerang Naoise dan kedua saudaranya. Pertempuran pun terjadi di dalam istana.

Meski Naoise dan kedua saudaranya adalah petarung yang sangat hebat, tapi mereka kalah dalam jumlah. Deirdre tak kuasa melihat Naoise dan kedua saudaranya tumbang *tiang listrik kali, tumbang*

Bersama Deirdre, raja Connor mendekati ketiga kesatria yang kini terkulai lemah itu dan kemudian menghabisi nyawa mereka sekaligus. Deirdre berteriak memanggil nama Naoise. Pedang yang dihujamkan ke dada Naoise oleh sang raja terasa menusuk hati Deirdre. Ia menyaksikan sendiri kematian ketiga pemuda itu di depan matanya.

Deirdre berlari mendekati Naoise, mengguncang-guncangkan tubuh kekar kekasihnya yang sudah tidak bernyawa dan terus memanggil-manggil nama Naoise di sela-sela tangis pilunya.

Kemudian Deirdre mencabut pedang dari tubuh Naoise, menatap wajah kekasihnya dan berkata “Lebih baik aku mati muda dalam pelukanmu daripada aku harus hidup bersama manusia kejam itu!”

JLEB!!

Deirdre menusuk dirinya sendiri dengan pedang di tangannya, ia pergi menyusul Naoise, berharap mereka bisa kembali bersama dalam keabadian.

Uhuk! Udah gitu doang XD

Makasih udah mampir~

Orpheus dan Eurydice

Satu lagi tokoh mitologi Yunani yang jadi favoritku. Orpheus, sang musisi handal yang kehidupannya berakhir dengan sad ending. Bukan sad lagi, tapi tragis, tragis ending X’D

Orpheus anak dari dewa sungai (Oiagros) dan ibunya adalah muse bernama Kalliope (muse itu musisi dalam mitologi Yunani, tapi wujudnya semacam peri). Tapi ada versi lain yang menyebutkan Orpheus anak dari raja Thrace dan muse. Terserah mau ikut versi yang mana.

Sebelum masuk ke cerita romance-nya, ada uraian singkat tentang “kegunaan Orpheus” XD
Wkwkwk… kegunaan, bahasanya apa banget.

Di mitologi Yunani kuno ada satu cerita yang diberi judul “Pencarian Bulu Domba Emas”. Beberapa tokoh di dalamnya : Jason, Hercules, Atalanta, Orpheus, Castor dan Pollux, terus siapa lagi ya aku lupa, pokoknya di situ ada Orpheus nya.
Orpheus punya peran yang cukup berguna dalam misi itu. Pasti, ga lepas dari unsur musiknya.
Musik Orpheus bisa menciptakan kedamaian, jadi waktu ada beberapa awak kapal yang sempat berantem, Orpheus mainin musiknya, dan amarah pun reda. Wah ajaib sekali ya musik Orpheus itu. Mungkin bisa tuh, kalo pas lagi diomelin emak terus nge-play musiknya Orpheus, emak pasti berhenti ngomel-ngomel XD *ditoyor*

Dalam mitologi Yunani, ada makhluk laut bernama Siren. Para Siren itu suka sekali mengganggu para penumpang kapal yang berlayar. Mereka mengganggu para awak kapal dengan suara merdunya, suara merdu yang mengantarkan para awak kapal menuju maut.
Seringkali kapal-kapal itu karam karena nahkoda dan seluruh awak kapalnya terpesona dengan ‘rayuan’ merdu para Siren. Dan yang tersisa hanyalah tengkorak-tengkorak awak kapal itu.

Tapi takdir buruk itu tidak berlaku untuk para awak kapal Argo yang sedang menjalankan misi. Ketika para Siren mencoba mengganggu rombongan Argo, Orpheus langsung memainkan musiknya dan mengalahkan suara merdu para Siren. Mereka lalu selamat dari ancaman Siren.
Haha… lumayan kan, Orpheus berguna juga XD

Kisah Orpheus dan Argonaut itu cuma dikisahkan sama Apollonius, penyair Yunani yang hidup sekitar abad ke-3.
Kalo cerita cinta-cintaannya ditulis sama Ovid dan Virgil, penyair Roma.

Oke, sekarang kita ke cerita cinta-cintaannya Orpheus. Uhuk! Sumpah ini drama banget :v

Di pedalaman hutan belantara di Thracian
Dengan liranya, Orpheus memimpin pohon-pohon,
Memimpin binatang-binatang buas
Dikisahkan, Orpheus sang musisi handal (bahkan konon kemampuan bermusiknya mengalahkan Apollo), jatuh cinta dengan seorang peri hutan bernama Eurydice.
Mereka bertemu di hutan. Orpheus terpana melihat kecantikan Eurydice dan keindahan tariannya. Eurydice terkesan dengan ketampanan dan permainan musik Orpheus. Mereka pun jadian. Dih, “jadian”, bahasanya abege banget XD
Pokoknya Orpheus sama Eurydice itu udah pasangan yang serasi lah. Orpheusnya jago mainin musik, Eurydice nya jago nari.

by Jean-Louis Ducis, 1826
by Jean-Louis Ducis, 1826

Baru berapa hari mereka jadian, tapi takdir merenggut kebahagiaan mereka.
Hari itu, Orpheus dan Eurydice tengah menikmati kebersamaan mereka di hutan. Seperti biasa, Orpheus memainkan musik sambil bernyanyi, sementara Eurydice memanjakan Orpheus dengan tarian indahnya. Kata Orpheus, cuma tarian Eurydice yang paling pas buat mengiringi musik Orpheus. Ah, gombal XD
Tari striptis bukan tuh? *plakk!!*

Ketika Eurydice sedang asik menari, dia tidak sadar menginjak ekor ular di semak-semak. Ular itu menggigit kaki Eurydice. Eurydice pun terjatuh.
Orpheus berusaha menolong Eurydice, tapi sayangnya terlambat. Jiwa Eurydice telah pergi ke dunia bawah menghadap Hades.

Orpheus tak pernah menyangka, kekasih yang sangat dicintainya pergi terlalu cepat. Kebahagiaan singkat menyisakan duka yang begitu mendalam bagi Orpheus.
Rasa cintanya terhadap Eurydice yang tak bisa diukur dengan apapun membuatnya nekat melakukan sesuatu yang mustahil dilakukan oleh manusia.
Orpheus berniat pergi ke dunia bawah untuk meminta jiwa Eurydice kembali.

Dengan laguku,
Aku akan membuat putri Demeter (Persephone) terpesona
Aku akan membuat Raja Kematian terpesona
Menyentuh hati mereka dengan nyanyianku
Aku akan membawanya kembali dari Hades

Setiap orang yang mendengar kenekatan Orpheus pasti melarangnya untuk melakukan itu. Bahkan Hermes, dewa pembawa pesan, telah melarang keras sang musisi handal itu untuk pergi ke dunia bawah yang mengerikan. Sebijak apapun kata-kata Hermes untuk menguatkan Orpheus tak dapat meruntuhkan sedikitpun tekad kuat Orpheus.
Ia tetap pergi menuju dunia bawah.

Manusia berjiwa yang memasuki dunia bawah pasti disambut oleh roh-roh pucat yang terlihat ‘lapar’ sehingga tangan-tangan itu berusaha meraih yang hidup, tapi tak pernah bisa tergapai karena bagaimanapun mereka hanyalah roh-roh yang tak dapat disentuh oleh manusia fana.
Namun kali ini berbeda. Ketika Orpheus mulai memasuki gerbang dunia bawah, ia memainkan liranya dengan indah sehingga mampu membius roh-roh penghuni Hades.
Orpheus terus berjalan dengan tenang, sementara roh-roh itu hanya terpaku memandangi Orpheus, terbius oleh keindahan musik Orpheus.
Hingga Orpheus sampai di tepi sungai Acheron (sungai ratapan), ia menghentikan permainan liranya. Kemudian datanglah Charon sang pengantar nyawa menuju ‘pengadilan’ Hades dengan perahunya.
Orpheus mengutarakan niatnya untuk mengambil kekasihnya kembali. Tapi sayang sekali vroh, bukannya bantu anterin, si mang Charon malah ngomel-ngomelin Orpheus, nyuruh dia balik. Katanya manusia fana ga pantes ada di dunianya Hades. Dunianya Hades itu cuma punyanya orang mati. “Kalo mau ke istana Hades, nanti, tunggu kamu mati dulu, pasti aku anterin!” gitu kata mang Charon.
Sebenernya Charon bisa aja sih nganterin siapa aja ke istananya Hades, asalkan bayar! Yak! Jadi slogan “Ga ada yang gratis” itu ga cuma berlaku di dunia manusia aja, tapi di dunianya Hades juga begitu.
Ah, sayangnya waktu itu Orpheus ga bawa duit, jadi dia ga bisa bayar ke Charon. Ya udah kan Charon ngeloyor aja ninggalin Orpheus.
Tapi pas mang Charon mulai dayung perahunya, Orpheus lagi-lagi mainin musik.

Gerakan dayung Charon semakin lambat hingga akhirnya perahu itu berhenti. Sekali lagi, Orpheus meminta Charon untuk mengantarkannya menuju istana Hades. Charon yang hatinya meleleh karena alunan lira Orpheus bersedia mengantarkan Orpheus.
Supaya Charon tetap ‘melunak’, Orpheus terus memainkan liranya sepanjang ia menyeberangi sungai. Ciieee yang ngamen gratis :v
Seluruh penghuni dunia bawah terkesan dengan musik indah itu. Dunia bawah menjadi hening. Roda milik Ioxion berhenti berputar, Tantalus melupakan rasa hausnya, dan untuk pertama kalinya, Erinyes (dewi Kemarahan) menitikkan air mata.

Sampailah Orpheus di depan gerbang istana Hades. Cerberus, anjing buas berkepala tiga penjaga istana sudah bersiap menyerang Orpheus, tapi dengan kekuatan musik Orpheus, anjing itu menjadi jinak dan Orpheus dengan mudahnya memasuki istana Hades.
Ia pun menemui Penguasa dunia bawah dan sang permaisuri, menyampaikan maksud kedatangannya melalu sebuah nyanyian indah…
Oh Dewa yang menguasai dunia kegelapan dan dunia yang hening
Semua yang dilahirkan wanita harus menghadapmu
Segala hal yang menyenangkan akhirnya harus pergi ke tempatmu
Kau selalu membayar hutangmu
Beberapa waktu yang lalu kami berbahagia di bumi
Kemudian kami menjadi milikmu untuk selamanya
Namun aku mencari seseorang yang datang kepadamu terlalu cepat
Seperti kuncup bunga yang dipetik sebelum ia mekar
Aku mencoba menahan beban ini,
Aku tak bisa menahannya
Dewa Cinta begitu kuat.
Oh raja, kau tau, jika cerita lama itu benar, bagaimana dahulu kala bunga-bunga melihat Persephone diperkosa
Kemudian menenun kembali untuk Eurydice
Bentuk kehidupan yang diambil dari alat tenun
Terlalu cepat.
Dengarlah, aku ingin memohon sesuatu,
Hanya jika kau berkenan meminjamiku, bukan memberi Eurydice.
Ia akan kembali menjadi milikmu lagi setelah masanya habis.
Tidak ada yang menyangkal kalimat Orpheus
Yang membuat pipi Hades basah dengan air mata
Dan membuat Neraka memberi apa yang dicari Cinta.
(syair / nyanyian itu aku ambil dari bukunya Edith Hamilton)

Hades dan Persephone yang luluh segera memanggil Eurydice dan memberikannya pada Orpheus, tapi dengan satu syarat!
Orpheus tidak diperbolehkan untuk menengok ke belakang selama Eurydice berjalan di belakangnya sampai mereka keluar dari gerbang dunia bawah.
Orpheus menyanggupinya.

Ia lalu berjalan keluar dari istana Hades, sementara Eurydice berjalan di belakangnya. Mereka berdua berjalan melewati sebuah jalan yang membawa mereka keluar dari dunia kegelapan menuju bumi.
Betapa bahagianya Orpheus. Kekasih tercintanya akan kembali padanya, meski untuk sementara waktu.

Mereka hampir sampai di gerbang bumi. Kegelapan perlahan menjadi kelabu lalu berubah terang setelah Orpheus menginjakkan kakinya di bumi.
Orpheus sudah tidak sabar untuk merengkuh Eurydice ke dalam pelukannya. Ia lalu menoleh ke belakang. Senyum kebahagiaan terukir ketika ia melihat wajah sang kekasih.
“Eurydice…” tangan Orpheus meraih Eurydice, namun tak tergapai.
Sebagian tubuh Eurydice masih berada di lubang kegelapan dunia bawah, sehingga ia masih dalam wujud arwah. Eurydice belum menginjakkan kaki ke bumi seperti Orpheus.
Eurydice perlahan semakin menjauh. Dengan wajah sedih dan menyesal, ia berkata “Kau telah melanggar syarat itu, Orpheus. Kenapa? Apa karena rasa cintamu yang begitu besar, atau karena keraguanmu?”
“Eurydice!!” Orpheus tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Eurydice terus menjauh. Bayang-bayangnya semakin terlihat samar. Orpheus berusaha menggapai Eurydice, tapi percuma. Kekasihnya itu kini kembali lagi ke dunia Hades.
“Selamat tinggal, Orpheus~”

Orpheus benar-benar menyesal. Harusnya ia bisa lebih bersabar untuk menunggu Eurydice benar-benar keluar dari dunia bawah dan berada sepenuhnya di bumi. Tapi semuanya telah terjadi. Orpheus tak dapat meminjam Eurydice kembali untuk kali kedua.
Ia hanya menangis dan mencoba menerima takdir menyakitkan itu.

orpheus

Orpheus terus bersedih dan tak dapat menghentikan lagu dukanya. Dalam perjalanannya, ia sampai di sebuah hutan yang tengah mengadakan festival untuk memuja Dionysus.
Dalam festival itu, Maenad (para wanita sadis pengikut Dionysus) meminta Orpheus untuk menyanyikan kidung pujian untuk sang Dewa Anggur, tapi Orpheus menolak karena hatinya masih dirundung kesedihan, dan ini bukan saat yang tepat untuk menyanyikan lagu kegembiraan.
Para Maenad itu pun marah, mereka menganggap Orpheus tidak menghargai dewa pujaan mereka. Dan wanita-wanita beringas itu membunuh Orpheus dengan mencabik-cabik tubuhnya yang tak berdaya.
Orpheus pun mati. Para Maenad membuang kepala Orpheus ke sungai Hebrus. Sementara bibir Orpheus masih memanggil-manggil nama orang tercintanya.
Para Muse mengumpulkan bagian-bagian tubuh Orpheus lalu memakamkannya dengan layak di kaki gunung Olympus.
Dan lira Orpheus? Alat musik yang menjadi sahabat setia Orpheus semasa hidupnya, hanyut bersama aliran sungai menuju laut. Ketika lira Orpheus terdampar di tepi pantai, ia masih menghasilkan nada-nada indah yang biasa dimainkan oleh Orpheus. Dan untuk mengenang sang musisi, Zeus menempatkan lira Orpheus di langit yang akhirnya menjadi rasi bintang Lyra.

Sementara Orpheus yang telah mati, jiwanya pergi menuju Hades, menyusul Eurydice.
Di sana mereka kembali dipertemukan. Meski tak seindah di bumi, tapi mereka bisa merasakan kebahagiaan karena cinta yang tak pernah padam. *duh bahasanya so drama* :v

Uhuk uhuk!
Begitu vroh ceritanya.
Biasa aja yak??
Tapi aku pas pertama kali baca cerita itu sempet ikutan sedih X’D
Memang ya, antara rasa cinta yang begitu besar dengan rasa keragu-raguan itu bedanya tipis. Ah, ngomong apa lo mblo? Pacaran aja kagak pernah, sok-sokan ngomong soal “cintah” :v *dikeplak readers*

Oke deh, gitu doang. Makasih yang udah mampir. Maaf kalo ada salah-salah XD

TRI MARTOLOD ~Tiga Pelaut~

TRI MARTOLOD

Biasa, ngerombeng dulu vroh~ XD

Jadi ceritanya aku kesangkut band folk dari Rusia, namanya Mervent. Aku download beberapa mp3 nya, dan nemulah judul “Tri Martolod”, pas didengerin.
“Njirrr!!! INIS MONA!!” bukan salah file atau kena trap, bukan! Tapi lagu Tri Martolod itu nadanya persis sama chorusnya lagu Eluveitie-Inis Mona. Ini apaan? Masa main plagiat-plagiatan lagu kayak di Indonesia? Engga mungkin!
Setelah googling, ternyata lagu “Tri Martolod” itu semacam lagu daerah dari Perancis.
Jadi kasus(?)nya mirip-mirip sama lagu Scarborough Fair yang dari Inggris.
Lagu Tri Martolod ga jelas siapa penciptanya, ga jelas aransemen awalnya kayak gimana. Sama kayak Scarborough Fair, lagu Tri Martolod juga akhirnya banyak yang dibawakan sama beberapa musisi atau band. Ada juga yang cuma ngambil part chorusnya kayak Eluveitie yang ngambil nada itu di lagu Inis Mona, terus lagunya band dari Brazil, Terra Celta-O Quadrado, dan masih ada lagi.

“Tri Martolod” sendiri artinya “Tiga Pelaut”, ada yang menyebutnya “Tri Martolod Yaouank” (Tiga Pelaut Muda).
Lagu ini jadi terkenal di kalangan musisi sejak diaransemen sama harpist dari Britain, Alan Stivell di tahun 1970.
Lagu ini menceritakan tentang tiga pelaut muda yang pergi berlayar ke Newfoundland (nama salah satu pulau di Kanada) dan ada cerita cinta-cintaannya di lagu itu.
Lirik lagunya kalau ditranslit ke bahasa Inggris kayak gini :
Three young sailors… la la la…
Three young sailors… went traveling
Went traveling… went traveling…
And the wind pushed them… la la la…
Wind pushed them to Newfoundland
All the way to Newfoundland
All the way to Newfoundland
Next to the windmill stone… la la la…
Next to the windmill stone, they dropped anchor
They dropped anchor… they dropped anchor
And in that windmill… la la la…
And in that windmill was a servant girl
There was a servant girl… there was a servant girl…
And she ask me… la la la…
And she ask me where we met
Where have we met before? Where have we met before?
In Nantes at the market… la la la…
In Nantes at the market, we chose a ring

Newfoundland adalah nama salah satu pulau kecil di pesisir timur Kanada, itu termasuk pulau milik Kanada yang ga diserahin ke Perancis (dulu, Kanada negara bekas jajahan Perancis).
Nantes merupakan nama sebuah kota di bagian barat Perancis.

Mungkin ada semacam cerita rakyat(?) di balik lagu itu, tapi aku belum tau jelas gimana ceritanya. Infonya susah dicari X’D
Aku lebih tertarik sama aransemen lagu Tri Martolod dari berbagai versi.
Tri Martolod yang terkenal versi Alan Stivell sih udah enak banget, so folky!
Tapi ada versi lain dari musisi lainnya juga yang ga kalah keren dari versinya Alan.

Sebelum bahas versi lainnya, boleh lah bahas Tri Martolod versi Alan dulu XD

Tri Martolod by Alan Stivell
Scara Alan ini kan seorang harpist, jadi lagu ini dimainkan dengan didominasi instrumen harpa. Bahasanya masih ori, pake bahasa Britain. Tapi ini ga full pake harpa kok, ada drumnya juga, bass, gitar akustik, terus ada instrumen musik tradisional entah apa aku ga tau, bunyinya hampir kayak alat musik tiup tapi rada-rada kayak hurdy-gurdgy juga X’Da
Ah ntahlah, mungkin kapan-kapan aku harus liat video live lagu ini.

Tri Martolod by Mervent
Ini ga beda jauh sama versi Alan sih, karakter vokalnya juga hampir sama, tapi tetep ada sedikit perbedaan instrumennya. Menurut pendengaranku, Mervent ada alat musik tiupnya, entah flute atau bagpipe. Betewe gara-gara Tri Martolod-nya Mervent aku jadi kepo sama lagu ini dan jadi tau sedikit lebih jauh.

Tri Martolod by Nolwenn Leroy
Mungkin ini yang disebut “pop-folk”. Vokalis perempuan bawain lagu ini enak juga.

Tri Martolod by Folkstone
Jenisnya mirip-mirip versi Alan sama Mervent, tapi yang ini ada vokal perempuannya dan beat-nya lebih cepet, terus ada instrumen fiddle-nya. Dan di akhir lagu ada semacam solo gitar. Entah itu gitar atau alat musik tradisional lain sejenis gitar yang aku ga tau, tapi bunyinya kayak gitar sih, atau mungkin file download-anku kurang jernih? Bisa jadi XD

Tri Martolod by Ryczace Shannon
Awalnya kayak acapela-an, terus lama-lama musiknya ya… sejenis versi Mervent. Kayaknya versi Alan atau versi Mervent udah cukup mainstream buat lagu ini. Eh tapi tunggu dulu, Tri Martolod versi ini ada campuran rock-nya loh! Jadi menurutku cukup unik XDd

Ada lagi sih, Tri Martolod versi Dao Dezi, musiknya ajeb-ajeb ala musik remix gitu. Keren tapi aku kurang nyangkut, cepet bosen dengerinnya. Monoton, ga ada something special yang ditunggu-tunggu.

Ga berhenti sampe di situ, lagu Tri Martolod ini juga ternyata banyak diminati musisi buat dirombak lebih keren lagi. Ada yang masukkin nada/melodi Tri Martolod ke lagu metal, lagu rap, hip-hop, pop, bahkan sampe dibikin jadi lagu India.
Eluveitie-Inis Mona
Sebelum tau ada lagu Tri Martolod, aku udah denger lagu ini, dan Inis Mona adalah salah satu lagu Eluveitie favoritku, sering banget nyepil di playlist, jadi begitu [semacam] ga sengaja dengerin Tri Martolod aku langsung kepikiran Inis Mona XD *malah curhat*
Kalau ada yang tanya Tri Martolod versi metal, lagu ini adalah jawabannya.
Udah pernah dibahas di postingan Eluveitie sebelumnya, kalau lagu Inis Mona ini menceritakan tentang sebuah pulau yang menjadi tempat menimba ilmu bagi para Druids (bangsa Celtic kuno) selama 20 tahun. Jadi walaupun nadanya pake lagu Tri Martolod, tapi lirik lagu dan udah pasti makna lagunya juga berbeda.
Aku suka banget lagu ini, melodi dari flute, bagpipe, hurdy-gurdy, dan fiddle nya menyatu sama scream gahar om Chrigel. Melodinya berasa menyayat kalo bagi aku X’D

Nachalo Veka & Helavisa-Tebya Zhdala
Penyanyi dan harpist dari Rusia ini unik juga lagunya. Kalau ini ga cuma bagian chorus, tapi verse dari lagu Tri Martolod juga dipake, cuman beda lirik dan musiknya unik, variatif. Walaupun duetnya sama harpist, tapi permainan harpanya cuma dikit, di awal-awal doang. Ini lebih kayak nge-pop mungkin ya? Instrumen modernnya lebih berasa daripada folknya. Tapi tetep enak.

Olli & The Bollywood Orchestra-Teen Aazaad Naavik
Nah ini nih, ga kalah keren sama versi metal. Versi India ini juga kreatif!!
Berasaaaa banget Indiaannya *ya iya lah* tapi engga yang India dangdutan(?) kayak biasanya. Verse dan chorus dari lagu aselinya dipake semua, tapi ada tambahan nada lagi dikit. Bahasanya full pake bahasa India, musiknya keren parah!!
Aku ga tau nama alat musik khas India yang bunyinya kayak alat musik petik gitu, ya pokoknya yang biasa kedengeran di lagu-lagu India itu lah. Iya, itu!
Udah gitu tarikan dan betotan bassnya seksi bangeeeeetttttt~ >///<
Selain instrumen musik khas Indianya, suara bass di lagu ini yang bikin aku betah dengerinnya. Pokoknya ini lagu ‘plagiat’ Tri Martolod favoritku ke 2 setelah Inis Mona XD

Ada lagi, lagunya Manau-La Tribu de Dana sama laguunya Terra Celta-O Quadrado dan beberapa lagu ‘plagiat’ *XD* Tri Martolod dari musisi lainnya yang sayangnya aku ga nemu. Kalau lagunya Manau sama Terra Celta aku kurang nyangkut. Hip-hop / rap gitu aku kurang gitu suka, musiknya juga ga ada yang spesial menurutku.
Kalau rap tapi musiknya dibikin seru mungkin lumayan.

Ya gitu deh, kalau lagu ga ada yang punya, ga ada credit, jadi bisa dirombak sana sini tanpa dituntut ‘plagiat’ XD
Coba ya, semisal lagu Bubuy Bulan atau lagu Yamko Rambe Yamko atau lagu-lagu daerah kita diperkeren(?) sama musisi-musisi dalam negeri (atau luar negeri juga boleh XD) mungkin ga kalah keren sama Tri Martolod atau Scarborough Fair.
Ada mbak, lagu Apuse yang di-Netral-in jadi “Garuda di Dadaku”.
Oh iya ya? XD
Ya udah deh makasih udah mampir.