fanfic vistlip UmixYuh ~Eros and Psyche~ (last chapter)

Title : Love and Soul
Chapter : 3
Genre : fantasy romance semrawut
Fandom : vistlip
Pairing : UmixYuh
Author : Hira Hiraito

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sejak kepergian Umi di chapter 2, Yuh merasa seperti Anang Hermansyah, separuh jiwaku… pergi… gitu kata lagunya.
Yuh meninggalkan rumah gedongnya, pergi berkelana mencari Umi. Di perjalanan, setiap Yuh menemukan kuil ia selalu mampir untuk memohon pada dewa agar dipertemukan kembali dengan Umi. Namun para dewa enggan mengabulkannya karena tidak ingin menjadi musuh Uruha Venus. Para dewa-dewi paham bahwa Uruha sangat membenci Yuh.

Yuh terus berjalan mencari Umi, hingga suatu ketika Yuh menemukan kuil Venus, ia pun berdoa di sana. Yuh sendiri tak pernah menyadari betapa Uruha, emaknya Umi, sangat menginginkan Yuh menderita. Namun Uruha sedikit berubah pikiran setelah Uruha tau bahwa Umi ternyata sangat mencintai Yuh.
Yuh terus memohon dengan kesungguhan hatinya. Sementara Uruha hanya tersenyum sinis memandangi Yuh dari singgasananya.
“Entah apa yang membuat anakku tergila-gila pada lelaki kurang ajar sepertimu. Tapi dari setiap tetes air matamu yang jatuh, terlihat jelas betapa kau sangat menyesal telah melukai Umi. Ketahuilah, Umi juga sama sakitnya karena meninggalkanmu. Ini lah yang harus kau terima jika mengkhianatinya, Cinta akan meninggalkanmu.”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Yuh hampir putus asa memohon pada para dewa-dewi. Namun ia terus bertahan di ujung harapannya, hingga Uruha mulai luluh pada kesungguhan Yuh.
Uruha yang masih menyembunyikan Umi, berkata bahwa ia bisa mempertemukan Yuh dengan Umi kembali, tapi Yuh harus menyelesaikan tugas dari Uruha.
Tugas yang diberikan Uruha bukanlah hal yang mudah.
Uruha memberi sebuah kotak pada Yuh dan memintanya pergi ke dunia bawah untuk menemui Persephone lalu mengisi kotak kosong itu dengan sebagian kecantikannya. Uruha bilang, kecantikannya sedikit berkurang karena merawat Umi yang terluka. Tanpa ragu Yuh menyanggupi permintaan Uruha, asalkan dia bisa bersama kembali dengan Umi. Jika misinya berhasil.

“Tapi ingat! Setelah kembali dari dunia bawah, jangan pernah kau membuka kotak itu sebelum sampai ke tanganku!”
“Baik, Dewi. Aku mengerti.”

Yuh pergi menemui pemandu wisata dunia bawah. Pfftt~ maksudnya pemandu yang memberitau Yuh agar dia bisa sampai ke istana Persephone dengan selamat.
Semua orang tau, dunia bawah bukanlah tempat yang pantas untuk dikunjungi orang-orang yang masih hidup.

Setelah mendapat pengarahan dari sang pemandu, Yuh pun segera pergi ke sana dengan langkah pertama ia harus melewati sebuah lubang besar di bumi lalu menyeberangi sungai kematian. Sungai gelap berisi orang-orang mati itu dijaga oleh Charon, mamang getek yang siap mengantar pengunjung menyeberangi sungai itu, tentu saja dengan geteknya. Charon berjubah hitam dan berkepala plontos, persis seperti host acara horor-hororan yang pernah Yuh lihat di trans7. Dan Charon bukanlah makhluk yang ramah, pantesan mukanya tua lapuk karena dia ga pernah senyum sedikitpun.
Sama halnya seperti di dunia manusia, di dunia bawah juga tidak ada yang gratis. Charon hanya mau mengantarkan pengunjung menyeberangi sungai kematian hanya jika ia dibayar menggunakan koin Yunani kuno. Sayangnya, Yuh tidak membawa sekepingpun koin kuno itu. Yuh lalu memberinya beberapa koin game yang biasa dipake anak-anak buat main game di pusat perbelanjaan. Namun mang Charon menolak, koin semacam itu tidak akan berguna di dunia bawah yang ga ada mall nya.
Kemudian Yuh memberikan beberapa lembar uang monopoli, tapi mamang getek berwajah angker itu masih saja menolaknya. Tak kehabisan akal, Yuh pun memberikan kartu Dana Umum dan Kesempatan untuk melengkapi uang monopoli itu.
Tak disangka, mang Charon menerima uang monopoli, kartu Dana Umum dan kartu Kesempatan itu dengan riang gembira. Yah siapa tau dia bisa main monopolian sama roh-roh di sungai kalo lagi boring.
Syukurlah, akhirnya mang Charon mau mengantarkan Yuh menyeberangi sungai kematian dengan geteknya.
Sepanjang menyeberangi sungai, Yuh terus memegangi lengan mang Charon kuat-kuat. Dia takut dicawel(?) sama roh-roh yang tangannya gelatakan ga bisa anteng tiap ada orang bernyawa menyeberangi sungai kematian.
Suara-suara minta tolong dan tangisan kengerian menjadi lagu pengiring selama perjalanan, menunjukkan betapa menderitanya jiwa-jiwa yang telah mati itu.

Akhirnya sampailah Yuh di depan sebuah jalan lurus menuju istana Persephone.
Charon menepikan geteknya, Yuh turun dari getek dan bersiap untuk menghadapi makhluk penghuni dunia bawah yang sudah menyambut Yuh dengan tatapan buasnya.
“Makasi ya mang!”
“Yok!” mang Charon berlalu meninggalkan Yuh.
Setelah disuguhi pemandangan mengerikan sepanjang sungai, Yuh kembali dihampiri rasa takut ketika melihat seekor anjing berkepala tiga bernama Cerberus telah menghadang Yuh di depan pintu masuk istana Persephone yang sudah terlihat oleh Yuh.
Menurut penuturan si pemandu, Cerberus adalah anjing berkepala tiga penjaga istana Persephone yang cukup mengerikan. Ia tidak akan mempersilahkan siapapun (selain makhluk dunia bawah) memasuki istana Persephone KECUALI jika pengunjung memberikannya sepotong kue. Hanya dengan diberi kue, Cerberus akan menjadi jinak dan mempersilahkan pengunjung masuk ke istana. Kalau dilihat dari menu makanannya, sepertinya anjing di dunia manusia lebih buas dari Cerberus @,@
Beruntung, sebelum turun ke dunia bawah Yuh sudah membawa bekal Sari Roti. Ia lalu memberikan Sari Roti isi coklat ke Cerberus.
“Sari Roti, roti sari roti~”
Cerberus langsung menyambar Sari Roti itu penuh napsu, dan Yuh bisa masuk ke istana Persephone dengan mudah.

Yuh merasakan aura kegelapan di dalam istana Persephone. Jantungnya berdegup kencang, takut bertemu dengan suami Persephone, Hades, sang Dewa Penguasa Dunia Bawah yang konon katanya berwujud menyeramkan, wajahnya berapi-api(?) memancarkan aura neraka yang kuat.
“Oi!” suara berat itu menghentikan langkah Yuh, membuatnya mematung seketika.
Kemudian datanglah sosok om-om mirip mantan vokalis band Jepang Versailles.
“…” tubuh Yuh gemetar.
“Siapa? Dari mana? Mau apa?” mendengar pertanyaan bertubi-tubi itu Yuh jadi kepingin pulang.
“A-anu… aku… Yuh Psyche, dari dunia manusia, mau bertemu dengan Dewi Persephone” jawab Yuh tanpa berani menatap om-om kece tapi angker di depannya itu.
Awalnya, om kece yang diketahui sebagai Hades itu tidak mengizinkan Yuh bertemu dengan istrinya. Hades ini tipe pencemburu berat, dia ga pernah rido kalo ada laki-laki datang menemui Persephone. Tapi karena Yuh mengaku “tidak doyan perempuan” dan dia datang ke dunia bawah atas perintah Uruha Venus, Hades pun megizinkannya bertemu dengan Persephone.
“Istriku sedang nyantai di ruang santai. Dari sini, lurus terus, belok kanan terus ada ruangan yang isinya pajangan tulang tengkorak, nah, kamu jangan masuk ke situ. Itu bukan ruang santai. Ruang santai ada di sebelahnya. Masuk aja, bilang sama Persephone kamu udah dapet izin dari aku” setelah menjelaskan letak ruang santai ke Yuh, Hades pamit mau nengokin orang yang baru mati hari itu.
Kedua mata Yuh membulat sempurna ketika melihat perubahan wujud Hades dari yang kece mirip Kamijo ex Versailles jadi makhluk mirip raja iblis yang di film Lord of The Rings. Hades lalu meninggalkan istana untuk bertugas.

Yuh menemui Persephone yang saat itu masih asik baca-baca katalog Sophie Maryam di ruang santainya. “Wow!” Yuh tercengang, selama ini dia hanya mendengar kecantikan Persephone dari mulut ke mulut, tapi sekarang Yuh bisa melihat kecantikan itu dengan mata kepalanya sendiri. Sayang Yuh ga bawa hempon jadi ga bisa poto-poto bareng. Ya emang Yuh belum punya hempon sih waktu itu. Tapi lepi udah punya @,@

Cap cip cus cap cus Yuh mengutarakan niatnya menemui Dewi Dunia Bawah yang cantiknya 11 12 sama Uruha, tapi tetep aja masih kalah cantik dari Yuh XD (kata dia sendiri loh)
Persephone tak keberatan, ia lalu meminta kotak kosong itu lalu pergi ke kamar pribadinya untuk mengisi kotak itu dengan sebagian kecantikannya, sementara Yuh masih menunggu di ruang santai sambil iseng-iseng nengok katalognya Persephone.
Tidak lama kemudian Persephone kembali dengan membawa kotak yang katanya udah ga kosong lagi. Kemudian Yuh segera berpamitan untuk kembali ke dunianya dan memberikan kotak itu pada Uruha.


Di tengah perjalanan pulang, Yuh terus diliputi rasa penasaran akan isi kotak di tangannya. Seperti apa bentuk kecantikan Persephone yang akan diberikan pada Uruha. Apakah kecantikan itu dikemas dalam bentuk kapsul, tablet, atau apa, Yuh masih bertanya-tanya. Namun Yuh telah berjanji untuk tidak membuka kotak itu sebelum sampai ke tangan Uruha.

Ketika Yuh hampir sampai di kuil Uruha, ia tak kuasa membendung rasa penasarannya. Dan dengan ceroboh ia membuka kotak itu sebelum sampai di depan kuil Uruha.
3,
2,
1…

Ngekk~
“Ap-apa ini?” Yuh sweatdrop mendapati sesuatu yang terdapat di dalam kotak. Satu ikan asin tergeletak di sana.
“Ikan asin?? Gila!! Memangnya Dewi Uruha anak kucing pake dikasih ikan asin? Duh, yang beneran dikit donk!” Yuh mengambil ikan asin dari dalam kotak lalu iseng-iseng mencium aroma ikan asin itu. Ya dimana-mana namanya ikan asin baunya kayak gimana kan, tapi Yuh sedikit heran sama ikan asin ala dunia bawah itu.
Tidak ada bau khas ikan asin dari sana, melainkan aroma semacam parfum Downy yang menyeruak hingga membuat Yuh sedikit pusing.
“Aneh…” Yuh mengendus(?) ikan asin itu sekali lagi. Kali ini aroma menyengat itu tak hanya membuat Yuh pusing, tapi kesadaran Yuh juga perlahan mulai menghilang.
1 detik, 2 detik, 3 detik, tubuh Yuh melemah hingga akhirnya lelaki cantik itu pingsan di tempat.


Tanpa Uruha tau, Umi berusaha kabur dari tempat dimana ia disembunyikan oleh Uruha. Memang, sejak tau Yuh sering datang mengunjungi kuil Uruha, Umi selalu berusaha kabur dari belenggu emaknya. Bagaimanapun, Umi tak kuasa menahan rasa rindunya untuk bertemu Yuh. Sepertinya rasa cinta Umi terhadap Yuh sangat dalam melebihi apapun.
“Berhasil, berhasil!” Umi joget-joget ala Dora sebentar sebelum pergi meninggalkan ruang isolasi(?)nya. Sementara Uruha yang diam-diam memperhatikan Umi hanya bisa tersenyum simpul, “Memenjarakan Cinta memang bukanlah tugas yang mudah!”

Ketika Umi keluar dari kuil Uruha, ia melihat sesuatu tergeletak tak jauh dari kuil. Umi lalu meluncur mendekatinya. Dan ia terkejut menemukan Yuh yang tengah terbaring tak berdaya di bawah pohon cabe dengan sebuah ikan asin di tangannya.
“YUH!!!” Umi mengusap pelan pipi Yuh, berusaha membangunkannya.
Tidak ada respon. Umi mulai khawatir, terlebih wajah Yuh terlihat pucat dan tubuhnya dingin. ‘Apa yang terjadi padamu?’
Keempat mata Umi menemukan sebuah kotak di dekat Yuh. Kemudian ia teringat perkataan Uruha bahwa emaknya itu telah menyuruh Yuh pergi ke dunia bawah untuk meminta sedikit kecantikan Persephone, Uruha memberinya sebuah kotak kosong yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan kecantikan Persephone.
‘Yuh baru saja kembali dari dunia bawah, dunia kematian’ begitu pikir Umi. Dan Umi tau, sekarang sesuatu yang berasal dari dunia kematian sedang berada di dalam tubuh Yuh. Jika itu dibiarkan terlalu lama, jiwa Yuh bisa terbawa menuju dunia bawah dan tidak dapat kembali lagi.
Umi lalu mengusap kedua kelopak mata Yuh sambil membisikkan kalimat semacam mantera entah apa ke telinga Yuh “@#$%^&~~~” ga usah mikir keras manteranya apa. Saia aja cuek cuma asal ngetik XD

Umi mengambil aura kematian dari dalam tubuh Yuh lalu memasukkannya ke dalam kotak bersama ikan asin. Jiwa Yuh sudah kembali sepenuhnya namun ia belum tersadar.
Umi lalu melesatkan satu anak panahnya ke Yuh untuk membangunkan lelaki yang sangat dicintainya itu.
Jleb!
Seketika Yuh membuka kedua matanya perlahan.
Senyum manis dan tatapan lembut Umi, itu lah hal pertama yang ia lihat. Yuh mematung hampir tak percaya, kekasih yang ia cari kini ada di depan matanya, menyambutnya dengan senyuman. Itu lah senyuman pertama Umi yang ia lihat.
“Umi?” Yuh menatap wajah tampan itu, ia masih ingat bagaimana kemarahan Umi terukir jelas di sana. Namun sekarang, Yuh hanya melihat keindahan dan cinta di wajah itu. Dan tatapan Umi mengatakan bahwa ia telah memaafkan Yuh dan menginginkan Yuh kembali.
“Kita akan bersama lagi!” Umi merengkuh Yuh ke pelukannya seolah tak ingin kehilangan Yuh untuk kedua kali.
“Dan akan terus bersama” Yuh pun membalas pelukan itu.

Sementara Uruha yang menyaksikan drama itu dari kejauhan hanya dapat tersenyum. Kali ini senyuman bahagia yang terukir di wajah cantiknya.
“Tidak ada yang lebih membahagiakan selain melihat Umi tersenyum menemukan kebahagiaannya” sepintas Uruha teringat Adonis, kekasih tercinta yang telah lama mati meninggalkannya. Uruha berharap nasib percintaan Umi tidak seburuk Uruha.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Umi terbang dengan membawa Yuh menuju Olympus untuk menyebarluaskan kabar pernikahan mereka ke seluruh dewa dewi di Olympus sekaligus memohon doa restu dari Zeus.
Namun sayang, Zeus menentang keras hubungan Umi dengan Yuh. Bagaimanapun, seorang manusia tidak dapat menjalin hubungan spesial dengan dewa/dewi. Apalagi sampai menikah. Terlebih keduanya sama-sama laki-laki. Duh, ternyata virus BL atau yaoi sudah menyebar sampai ke Olympus.
(//_-)
Kalau ada beberapa dewi Olympus yang fujoshi, pasti mereka sangat merestui hubungan Umi dengan Yuh. Tapi yang utama adalah restu dari dewa nomer satu, Zeus.

“Jika memang kalian ingin terus bersama, hanya ada dua pilihan. Yuh harus menjadi dewa, atau Umi pensiun dari jabatan sebagai dewa lalu dikutuk(?) menjadi manusia biasa” ujar Zeus.
Umi dan Yuh saling menatap satu sama lain. Mereka sama-sama bingung. Kalau Yuh jadi dewa, sudah pasti ia tidak akan bisa hidup berdampingan dengan keluarganya lagi seperti biasa. Kalau Umi jadi manusia biasa seperti Yuh, mungkin di masa depan mereka bisa membentuk sebuah band bersama. Pffttt~ bukan! Bukan itu! XD
Kalau Umi pensiun jadi dewa lalu berubah jadi manusia biasa, orang-orang di dunia tidak akan bisa merasakan cinta lagi. Dan satu hal, manusia biasa tidak abadi seperti dewa. Pasti akan tiba waktunya dimana mereka akan berpisah dengan kehidupan mereka.
Umi dan Yuh tidak ingin itu terjadi. Kemudian mereka memutuskan untuk hidup abadi. Umi mengajukan proposal untuk menjadikan Yuh sebagai dewa. Pfftt~
Permintaan dikabulkan. Hari itu juga, Yuh diminta untuk memakan ambrosia agar dia menjadi dewa.
Ambrosia adalah makanan para dewa di Olympus, jika seorang manusia biasa memakannya, maka ia akan menjadi dewa.
“Hmm~ ini enak!!” memang kelakuan Yuh terlihat sedikit kampungan, tapi Yuh ketagihan dengan makanan itu. Makanan yang tidak ada di dunia manusia. Mumpung lagi di Olympus, Yuh makannya minta nambah. Keliatan kan aselinya kalo Yuh ternyata rakus juga.

Begitulah.
Love dan Psyche bersatu. Cinta dan Jiwa hidup bersama dalam keabadian.
Ciieee~

=-=-=-=-==-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=TAMAT=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=

yuh umi

Gitu deh. Gimana? Garing yak? XDa
Atau bikin pingin muntah karena sok-sokan manis tapi gagal? X’D
Pintu kritik dan komen selalu terbuka lebar. Tapi kalau udah baca dan ga sempat komen ga apa-apa kok, yang penting reader senang dan terhibur.
Reader senang, bang Umi senang \\^o^//
Saia juga senang~ XDDD *apasihinikabelnyaputus*
Maaf ya banyak salah. Makasih banyak udah mau repot-repot baca :*

the Gazette fanfic _ RAMAYANA (last chapter)

Title        : Ramayana Abal-abal

Chapter    : 4

Pairing        : AoixUruha, ReitaxUruha

Genre        : romance, fantasy, gaje, amburegul

Author        : Leo Senri Vieleofitria Rizky feat. Hira Hiraito *ciiee ff kolab ciieee*

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Rukiman yang masih dalam wujud Kimin si monyet kini sudah berada di dalam kamar Reitahwana. Ga usah ditanya gimana caranya dia bisa masuk.

Dilihatnya raja tampan itu tengah tertidur ngebo. Si Kimin ngeliatnya ga bisa biasa aja, dia ngeliatnya pake napsu sih, jadi walopun masih ngebo Reitahwana tetap terlihat menggoda di mata Kimin.

Dengan berhati-hati, Kimin mendekati Reitahwana. Hal pertama yang menarik perhatiannya adalah noseband buluk tempat persembunyian hidung Reitahwana. Kimin heran, seorang raja semacam Reitahwana mau-maunya pake noseband buluk yang leceknya ngalahin muka Suzuki Akira kalo abis bangun tidur. Itu loh, Suzuki Akira, tetangga Rukiman yang suka ngutang di warung kopi terus bayarnya cuma kalo inget doank.

Ah, tapi sudahlah, tabir noseband buluk itu bukan tujuan utama Rukiman.

‘Kenapa yang menculik Dewi Shinta harus orang sepertimu?’ Kimin tak menemukan aura kejahatan sedikit pun dari wajah damai Reitahwana. Ia yakin, Reitahwana bukanlah 100% murni orang jahat. Namun, bagaimanapun dia telah menculik Dewi Shinta, memisahkannya dengan Rama dan kedua orang tuanya. Dan itu termasuk tindak kriminal.

“Maafkan aku, Reitahwana… aku melakukan ini bukan karena kau telah memberi harapan palsu tentang kebon pisangmu itu, tapi… ini demi kebahagiaan Rama sahabatku dan demi Mantili. Maafkan aku…”

~(._.)~ ~(._.)~ ~(._.)~ ~(._.)~ ~(._.)~ ~(._.)~

Rama kembali ke kerajaan Mantili dengan mengendarai kuda putih kembarannya Shadowfax *aw aw*

Padahal pas itu Rama sama Rukiman pergi ke Alayka naik capung ajaib yak? Tapi pulangnya bisa naik kuda putih itu sumbernya dari mana? *mikirkeras*

Sepanjang perjalanan, Rama sempat BBM-in patih Kai, ngasihtau kalo Shinta udah ketemu dan Rama pulang menggondol Shinta sekarang.

Patih Kai menyebarluaskan isi BBM Rama ke seluruh penjuru kerajaan, kecuali ke Prabu Tora yang sampe sekarang belum punya hempon juga. Untung Dewi Sagawati tidak secuek dan semalas suaminya dalam hal gadget dan sosmed-sosmedan.

Jadilah seluruh penghuni kerajaan menyambut kedatangan Shinta pagi itu.

Maklum Pak, jarak Alayka sama Mantili jauhan, ditambah Rama sama Shinta melepas kangen dulu, udah aja mereka berangkat tengah malem nyampenya pagi.

“Shintaaaaa~” Dewi Sagawati tak kuasa menahan kerinduan yang bertumpuk melebihi tumpukan sampah di Bantar Gebang. Ia memeluk erat putri sematawayangnya dengan berhamburan air mata. Duh, air matanya lebay banget ampe berhamburan udah kayak beras.

Selesai peluk-pelukan sama mamihnya, gantian, giliran si romo yang minta dapet jatah peluk.

“Syukurlah kau sudah kembali, Shinta.”

Adegan haru-haruan pun berlangsung cukup lama. Sementara Rama tersenyum lega di pojokan deket kolam ikan, ‘Syukurlah, aku tidak jadi dipecat jadi mantu’ :’)

Di puncak sebuah pohon beringin, Rukiman masih betah memandangi ‘hasil kerja’nya. Semalam, dengan berat hati Rukiman membumihanguskan kerajaan Alayka, memusnahkan seluruh penghuni kerajaan (kecuali yang berhasil menyelamatkan diri) termasuk Reitahwana yang ketika itu tengah tertidur.

Rukiman tau, mungkin sekarang di alam berbeda Reitahwana sedang misuh-misuh parah karena gagal menikahi Shinta.

Kerajaan megah milik Reitahwana termasuk kebon pisang Alayka, kebon mangga, kebon jeruk, pokoknya semua kebon yang ada di sana, ludes dimakan si jago merah. Betewe, tetangga ane punya jago warnanya putih, mungkin bisa diadu sama si jago merahnya Rukiman.

“Pertemuan kita begitu singkat, Reitah” ucap Rukiman lirih. Jauh di dalam hatinya ia menyesal telah membunuh Reitahwana. Tapi di sisi lain, ia merasa berguna karena ikut berperan mengembalikan keutuhan negeri Mantili, terlebih kebahagiaan sahabat baiknya, Rama.

Sekarang waktunya Rukiman untuk kembali ke habitatnya(?), ikut menikmati kebahagiaan yang sekarang tengah menyelimuti negeri Mantili.

Namun, sebelum Rukiman benar-benar pergi meninggalkan Alayka, ia menyempatkan diri untuk mendokumentasikan hasil kerjanya. Pffttt~ iye kali jaman segitu udah ada kamera.

Ketika sedang sok sibuk jeprat-jepret ambil gambar, Rukiman dikejutkan oleh sebuah benda aneh bergerak dari tengah puing-puing kerajaan yang sudah luluh lantak itu.

Dilihat dari kejauhan tampak seperti kain hitam yang membungkus sesuatu. Benda itu perlahan bergerak semakin menjauh dari puing-puing kerajaan.

Penasaran, Rukiman pun turun dari puncak pohon beringin lalu mendekati benda itu.

“…!!” OwO

Rukiman terkejut tiada tara(?) begitu menyadari bahwa sesuatu yang bersembunyi di balik kain hitam itu adalah sesosok manusia. Tadinya Rukiman sempat mikir itu semacam ubur-ubur darat raksasa yang tersesat lalu mencari jalan pulang. Duh, imajinasi Rukiman terlalu jauh, melebihi imajinasi seorang fujoshi.

Dengan langkah terseok-seok, orang misterius itu terus berjalan tanpa mempedulikan Rukiman yang jaraknya hanya sekian meter.

“Hey, Kisanak!” panggil Rukiman.

Langkah orang itu terhenti “Ada apa?” tanyanya tanpa membuka kain hitam yang menutupi kepala dan setengah wajahnya.

“Kisanak ini apanya Kisaki? Masih sodaraan? Terus sama Kihiro hubungannya apa? Kalo sama Ki Joko Bodo, jauh ga?” Rukiman mah gesrek.

“Go home, nyet! You’re drunk!!” balas orang itu dingin lalu kembali melangkahkan kakinya.

Tapi baru 2 langkah, ia berhenti lagi karena ditahan oleh Rukiman “Tunggu!”

Rukiman merasa ada yang janggal. Ia yakin, sesuatu berbalut kain hitam itu bukanlah ubur-ubur darat raksasa, tapi manusia! Woy, lu baru nyadar? *belesepin Rukiman ke tanah*

Tanpa ragu dan tanpa permisi, Rukiman membuka kain hitam itu.

Jebrettt!! Untung ‘jebretnya’ ga sampe 3X, kalo iya ntar disangka iklan sambel.

Dan tereksposlah tubuh ceking topless, muka lecek kusam tak beraturan, dan rambut acakadut.

Rukiman menganga tak percaya.

“Re-Reitah… wa… na??” Rukiman serasa kekurangan oksigen sampe sesek napas. Ini benar-benar mengejutkannya. Bagaimana mungkin Reitahwana masih selamat dari kebakaran hebat semalam? Oh iya, Rukiman lupa manusia jenis apa yang mau dia bunuh.

“Siapa kau?”

“…” Rukiman masih sibuk bergelut(?) dengan rasa tak percayanya.

“Hey, aku bertanya padamu! Siapa kau?” suara itu terdengar parau. Mungkin stok suaranya sudah hampir habis karena dipake buat teriak-teriak mengutuk si jago merah dan terus meneriakkan nama Shinta.

“Aku… aku si kera putih. Namaku… Rukiman.”

“Aku tidak perlu tau siapa kau, siapa namamu, aku tidak butuh! Yang aku butuhkan hanyalah Shinta!” titik air mata memaksa keluar dari tempat persembunyiannya.

Rukiman jadi bingung, orang yah, tadi nanya ‘siapa kau’ ampe dua kali, giliran dijawab malah katanya ‘ga perlu tau’, itu orang arahnya kemana sih sebenernya? @,@

“Kemana Shinta? Kemana calon istriku?” tak kuasa menahan rasa sakit kehilangan Shinta, akhirnya air mata Reitahwana tumpah juga. Tumpahnya sampe tumpeh-tumpeh T_T

“Dia sudah berada di tempat dimana seharusnya dia berada.”

“Maksudmu? Maksudmu Shinta sudah…” Reitahwana tidak tega melanjutkan kalimatnya, dia pikir Shinta sudah senasib dengan orang-orang di kerajaan yang… ah, saia juga ga tega melanjutkan kalimat sendiri (._.)

“Shinta sudah bahagia di sana.”

“Sok tau kau nyet!” celetuk Reitahwana. Ya abisan, baru ketemu tapi si monyet putih itu udah kayak yang tau banget.

“Terserah. Tapi akan lebih baik jika kau merelakan Shinta pergi bersama kebahagiaannya daripada harus terus tinggal bersamamu tapi dia galau berkepanjangan karena harus berpisah dengan orang-orang tercintanya” Rukiman tak mengalihkan pandangannya dari sosok Reitahwana yang mendadak terpaku mendengar ucapan Rukiman.

“Dari mana kau tau tentang Shinta? Siapa kau sebenarnya?”

Kali ini Rukiman enggan menjawab pertanyaan itu. Dia kapok, denger pertanyaan “siapa kau” dari Reitahwana, ntar yang ada kalo dijawab si Reitahnya malah ga butuh -_-

“Kau tidak tau, monyet putih! Sebenarnya bukan Shinta yang aku inginkan, tapi sesuatu yang ada dalam diri Shinta!”

“Maksudmu?”

“Shinta adalah titisan Uruha, istriku! Karena itu lah aku menginginkan Shinta, aku ingin hidup bersama Uruha lagi” rawut wajah Reitahwana berubah sendu.

“Kau tau dari mana Shinta itu titisan Uruha?”

“Dari mimpi.”

Gubrag! Ekor Rukiman mendadak kaku ngejebret(?)

“Yang mulia Reitahwana… sekarang yah, media massa saja tidak bisa dipercaya 100%, apalagi mimpi yang hanya kembang tidur belaka?”

Ngekk~

Mendadak Reitahwana merasa o’on.

“Tapi Shinta sangat mirip dengan Uruha. Wajahnya, tubuhnya, sikapnya yang lemah lembut ramah lingkungan, pokoknya Shinta itu Uruha season 2!”

“Kau hanya termakan oleh pemikiranmu sendiri, Reitahwana. Istrimu telah lama wassalam, tapi kau masih belum bisa merelakannya. Hanya dengan bertemu Shinta yang sangat mirip Uruha, kau langsung menganggap bahwa Shinta adalah Uruha KW lalu berniat ingin menikahinya. Lama-lama aku berpikir itu hanya modus, sebenarnya kau ingin menikahi Shinta karena kau bete bete ah, sekian tahun lamanya tidak dapat jatah.”

“…” jleb! Tepat sasaran. Katalimat ‘lama ga dapet jatah’ itu benar-benar menohok “Tapi nyet, Shinta benar-benar persis seperti Uruha! Dia pasti-”

“Kemiripan itu hal yang biasa! Sama halnya seperti aku yang mirip dengan Taka-chan vokalis the GazettE band Jepang, sama seperti kau yang mirip sekali dengan Suzuki Akira-”

“Siapa itu Suzuki Akira?”

“Dia tetanggaku.”

“Oh.” (._.)

“Yang mulia Reitahwana, jangan hanya karena percaya mimpi kau jadi merusak kehidupan wanita yang belum kau kenal. Sebelum kau menculik Shinta, dia adalah wanita yang riang gembira sepanjang hari, dia sudah bahagia bersama suaminya. Apa kau tega merusak kebahagiaannya?”

“Kau… darimana kau tau tentang Shinta dan tragedi(?) penculikan Shinta? Kau itu siapa sebenarnya?” Reitahwana penasaran setengah mampus “Lalu, apa kau tau tentang kebakaran yang melenyapkan kerajaanku semalam?”

“Aku tidak akan menjawabnya. Tapi nanti kau pasti akan tau!”

“Nanti kapan?”

“Someday!” :’)

“Baiklah” Reitahwana membebaskan pandangan ke sekitarnya. Hanya puing-puing dan sisa-sisa asap yang terlihat.

“Sekarang aku kehilangan semuanya. Kehilangan Uruha, kehilangan harapan untuk menikahi Shinta, kehilangan kerajaanku, harta, tahta, dan kehilangan masa mudaku yang abadi” dengan berat hati, Reitahwana melepas kain pembalut hidungnya yang sekarang terlihat seperti kertas koran bekas yang gosong kena obat nyamuk.

Hangus, robek, bolong-bolong… kini noseband kebanggaannya yang penuh misteri itu tak lagi utuh lecek seperti sebelumnya.

Noseband itu sekarang hanya tinggal kenangan, sama halnya dengan keawetmudaan Reitahwana. Keawetmudaan yang abadi itu akhirnya lenyap bersama noseband leceknya yang hangus dilalap api.

“Noseband ajaib ku sayang… noseband anti tua dan anti alay. R.I.P!! Meski nantinya aku akan menua, tapi semoga aku tetap terlihat tampan seperti biasa. Selamat tinggal~” dengan senyum kecut, Reitahwana berusaha sekuat hati membuang noseband ajaibnya itu.

Rukiman cengo ‘Noseband ajaib? Jadi itu alasan kenapa Reitahwana tidak mau melepas noseband buluknya?’

Tapi karena bertahun-tahun Reitahwana pake noseband terus, hidung dia jadi belang. Karena Reitahwana ga mau dikatain ‘pria hidung belang’, dia memutuskan untuk tetap membalut hidungnya dengan noseband. Kali ini bukan noseband bersayap anti tembus anti bocor kayak di ff lama yang pas itu.

Reitahwana mengeluarkan sesuatu dari saku celananya yang masih utuh. Celana sama boxer yang dia pake semuanya ga kebakar. Cuma noseband sama muka dia aja yang gosong -_-

“Apa itu?” Rukiman memperhatikan sebuah kain batik di genggaman Reitahwana. Ia kenal kain batik itu, banyak nemu di Pekalongan *akakak~*

“Ini noseband satu-satunya yang aku punya sekarang. Shinta membuatkan noseband batik ini untukku. Keren kan?” Reitahwana segera membalut hidungnya yang belang dengan noseband batiknya.

Rukiman geleng-geleng sebentar melihat tingkah Reitahwana. Tapi ia yakin, noseband cap Reitahwana pasti akan menjadi trend. Someday.

Reitahwana menengadah ke langit, menghela napas sejenak, “Ah… aku harus kemana sekarang? Aku tidak punya apa-apa lagi.”

“Reitah…” panggil Rukiman lirih.

“Ya?”

Dengan malu-malu Rukiman menawarkan diri untuk menjadi teman baru Reitahwana. Tak tanggung-tanggung, Rukiman pun menawarkan salah satu rumah pohonnya untuk ditinggali oleh Reitahwana.

FYI, Rukiman ini punya banyak rumah hampir di setiap hutan. Rumah pohon pastinya, karena dia adalah seorang blasteran monyet. Walaupun cuma rumah pohon, tapi bisa dia pake buat usaha buka kos-kosan sama kontrakan. Ada juga yang dia pake buat ruko. Ga kebayang kan, rumah pohon yang penuh barang dagangan kayak apaan.

Kekuasaan utama Rukiman adalah Alas Roban, di sana banyak tersebar rumah-rumah pohon milik Rukiman. Lengkap dengan fitur wifi. Dan bebas gusur.

Reitahwana lalu menerima ajakan Rukiman, mereka pun pergi menuju Alas Roban untuk menata hidup baru.

Bagaimana kelanjutan hubungan Rukiman dan Reitahwana, untuk sekarang masih menjadi rahasia.

Reitahwana adalah lelaki normal yang menyukai wanita, bertolak belakang dengan Rukiman yang dari awal ketemu Reitah dia udah jatuh cintah padanyah.

Ntahlah, Rukiman hanya berharap Reitahwana akan betah berlama-lama hidup bersamanya. Lalu akan tumbuh benih-benih cinta dengan sendirinya.

Jika itu benar terjadi, semoga Rukiman tidak mendapat kepalsuan lagi seperti kenangan kebon pisang yang tak berpisang(?).

Kunci Rukiman hanya satu : “Selama Reitahwana tidak tau siapa penyebab kebakaran hebat malam itu.”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sejak kepulangan Shinta kemarin, Rama dan Shinta tempelan terus kayak koyo sama kulit. Tapi sejak Rama selesai mandi tadi sore, sikapnya aneh. Mungkin dia mandi ga pake sabun mandi tapi pake deterjen, ato malah pake abu gosok makanya jadi aneh begitu. Bukan deng XD

Seperti ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya.

Shinta merasakan  ada perubahan dalam diri Rama. Dia jadi lebih pendiam, terus sedikit rada jaga jarak sama Shinta. Yang anehnya lagi, Rama ga minta jatah ke Shinta. Sampe-sampe Shinta yang ngajakkin duluan, tapi Ramanya tetep nolak. Apa banget kan? Bagaimana bisa seorang Rama menolak ‘hidangan lezat menggugah selera’ semacam itu. Ckckck… pasti dibutuhkan iman yang super kuat berlipat-lipat ganda untuk mengatakan “Tidak” ke Shinta.

Duh, apa sih… Shinta jadi resah gelisah sendiri memikirkannya. Apa yang terjadi dengan kakanda Rama?

Setelah sekian hari mereka terpisah, lalu Rama berjuang keras untuk menemukan Shinta dan akhirnya mereka bisa bersama lagi, tapi kenapa setelah Shinta kembali Rama malah sedikit menjauh? Ada yang salah dengan Shinta?

Malam itu, rasa penasaran Shinta terjawab. Ketidaktenangan hati Shinta berubah menjadi rasa sakit yang mendalam ketika Shinta mengetahui alasan di balik perubahan sikap Rama.

Sehari setelah kembalinya Shinta, Rama diliputi pikiran-pikiran negatif yang mendadak mampir tanpa diundang.

Rama berpikir tentang kegiatan apa saja yang Shinta lakukan di kerajaan Reitahwana bersama raja noseband ajaib itu.

Apakah Shinta mengikuti pelatihan menyulam? Latihan balet? Atau kegiatan-kegiatan positif lainnya? Mana mungkin?

Menurut cerita Shinta ke Rama, Shinta diculik oleh seorang raja berstatus duda 100 tahun yang berniat ingin menikahi Shinta.

Rama jadi khawatir…

‘Jangan-jangan dinda Shinta sudah dianu-anu sama Reitahwana?’

‘Jangan-jangan segel keperawanan si dinda sudah rusak?’

Dugaan-dugaan negatif itu terus menggelayuti pikiran Rama. Rama tidak yakin seorang raja berstatus duda 100 tahun bisa menahan hasratnya terhadap Shinta.

Hati Shinta remuk parah, hancur lebur berantakan ketika mendengar pernyataan Rama tentang kecurigaannya pada sang istri.

Shinta tak kuasa menahan air matanya. Ini amat sangat menyakitkan. Rama tak mempercayai istrinya sendiri meski Shinta telah berkata jujur bahkan air mata yang mengalir dari mata sayunya tak mampu meluluhkan Rama.

Dengan berat hati yang melebihi berat badannya, Rama meminta Shinta untuk membuktikan ucapannya bahwa dirinya tidak terkontaminasi(?) oleh Reitahwana dengan cara menyeburkan diri ke kolam ikan di halaman belakang.

Kalau versi aselinya Shinta disuruh nyebur ke api, kalau versi abal-abal Shinta disuruh nyebur ke kolam ikan. Terimalah! XD

Jika setelah Shinta nyebur ke kolam kemudian air kolam ikan yang tadinya tawar itu rasanya berubah menjadi asin, artinya Shinta sudah tidak perawan lagi.

Tapi jika setelah Shinta nyebur ke kolam kemudian air kolam ikan itu tetap tawar bahkan airnya menjadi lebih jernih, artinya Shinta masih suci, belum ternodai.

Begitulah sumpah Rama.

“Baiklah, kanda. Aku akan melakukannya malam ini juga!” ujar Shinta pasrah.

Tanpa menunggu pagi, Rama dan Shinta pergi menuju halaman belakang kerajaan dimana terdapat sebuah kolam ikan yang akan menjadi saksi atas kebenaran ucapan Shinta.

Shinta memandangi kolam ikan itu beberapa jenak. Air matanya masih mengalir deras melebihi derasnya air yang memancar dari pancuran berbentuk bocah pipis yang menghiasi tepi kolam.

“Aku akan buktikan ucapanku, kanda.”

“Buktikanlah!”

Tanpa ragu, Shinta menyeburkan diri ke dalam kolam ikan.

BYURRR~

Percikan air sedikit mengenai tubuh Rama.

Salah seorang pelayan kerajaan (Tokiyem) yang melihatnya menjadi panik. Ia langsung melaporkan apa yang ia lihat pada patih Kai yang saat itu kebetulan sedang main monopoli dengan Prabu Tora dan beberapa ajudan kerajaan.

Dengan mengabaikan permainan monopolinya, Prabu Tora, Patih Kai, Tokiyem dan para ajudan langsung meluncur ke TKP.

“Rama!!” teriak Prabu Tora ketika sampai di kolam ikan dan melihat Rama berdiri di tepi kolam dengan santainya sambil memandangi Shinta yang mematung di tengah kolam.

Rama terkejut melihat serombongan penghuni kerajaan kini sudah berada di sekelilingnya. Patih Kai dan beberapa ajudan segera membantu Shinta untuk beranjak dari kolam. Sementara Prabu Tora yang terbakar emosi meminta kejelasan pada Rama tentang kejadian Shinta nyebur kolam ikan.

Rama pun menjelaskan semuanya pada romo mertua. Emosi Prabu Tora naik ke level puncak ketika mengetahui menantunya itu menuduh Shinta dianu-anu oleh Reitahwana sehingga Shinta tidak suci lagi.

Namun, sebelum Prabu Tora bertindak lebih jauh dari sekedar ngomel-ngomel, Rama meminta Prabu Tora untuk mencicipi air kolam ikan yang sudah terkontaminasi oleh Shinta. Mantu kurang ajar dah emang. Masa mertuanya disuruh nyicipin air kolam ikan?

Awalnya Prabu Tora menolak, tapi daripada penasaran mending dia nyoba sendiri.

Prabu Tora lalu mencicipi air kolam ikan itu.

“Bagaimana, Prabu?” tanya Patih Kai.

Prabu Tora cuma geleng-geleng dugem menjawab pertanyaan Patih Kai. Raut wajah yang tadinya murka mendadak berubah suram.

“Kau rasakan saja sendiri” ujar sang Prabu pada Patih Kai yang juga penasaran.

Patih Kai pun ikut mencicipi air itu. Dan ia memperlihatkan reaksi yang sama dengan Prabu Tora.

‘Ada apa dengan air itu? Apa rasanya asin?’ batin Shinta ketar-ketir.

“Shinta!” seru Prabu Tora membuat suasana menjadi semakin tegang, tapi yang baca ff biasa aja tuh XD

“I-iya, romo?” tubuh Shinta menggigil.

“Kau… telah mengkhianati suamimu!”

Jeng jenggg~

Shinta serasa [ingin] membeku mendegarnya.

“Apa yang romo katakan? Mana mungkin aku mengkhianati kanda Rama? Aku sangat mencintai kanda Rama. Aku tidak mungkin melakukan itu!” air mata Shinta kembali menetes, melebur bersama butiran air kolam ikan yang masih membasahi wajahnya.

“Tapi air kolam ini rasanya asin! Itu artinya kau sudah tidak suci lagi kan?”

“…” Shinta tak percaya. Bagaimana mungkin?

“Ternyata kecurigaanku benar kan, dinda?” sama seperti Shinta, hati Rama pun kini berantakan, ia benar-benar tak menyangka istri tercintanya ternyata sudah terkontaminasi oleh seorang duda yang tak jelas jluntrungannya.

“Tidak, kanda! Itu tidak mungkin! Kanda, percayalah padaku~” kalau mau, mungkin sekarang juga Shinta udah nangis sambil ngosek deket kolam.

Sementara Prabu Tora hanya diam terpaku mencoba memunguti kepingan-kepingan hatinya yang pecah karena kecewa berat terhadap putri satu-satunya.

Namun, di tengah adegan dramatis itu, Patih Kai nyeletuk “TIDAK!! INI TIDAK BENAR!!”

“??” semua menatap Patih Kai dengan tanda tanya.

“Air kolam ikan ini akan berubah menjadi asin jika Shinta memang terbukti sudah tidak suci lagi. Jelas saja, karena Shinta memang sudah tidak suci. Shinta sudah bukanlah seorang perawan lagi sejak malam pertama pernikahannya dengan Rama, bukankah begitu?” jelas Patih Kai.

Seketika, semua pandangan tertuju pada Rama.

“Oh? Oh iya ya, benar juga!” bisik Rama ke ikan-ikan di kolam yang juga ikut-ikutan ngeliatin Rama seolah mereka bilang ‘Hayo lo Ram… hayo lo…’

Prabu Tora mendekati Rama lalu memelintir telinga Rama persis kayak babeh yang lagi ngomelin anaknya karna main-main di sawah sampe maghrib, “Hebat!! Apa yang kau pikirkan ketika menyuruh Shinta untuk membuktikan ucapannya dengan cara konyolmu itu? Tuduhanmu bahwa Shinta sudah tidak suci lagi itu memang benar, tapi siapa yang merusak kesuciannya? Siapa yang menodainya di malam pertama pernikahan kalian? Siapa, Rama? SIAPAAA??”

“A-aku! aku yang telah menodainya di malam itu. A-aduduh, sakit, romo mertua” Rama merasakan telinganya hampir putus.

‘Woooo… dasar! Rama kampretos!’ umpat ikan-ikan di kolam.

Tanpa mengadakan rapat terlebih dahulu, Prabu Tora memutuskan untuk memecat Rama dari jabatan(?) sebagai menantunya. Shinta pun setuju karena sudah terlanjur sakit hati parah dengan sikap Rama yang tidak mempercayai Shinta. Apalagi Patih Kai, setuju banget lah, siapa tau abis ini si Patih yang gantiin posisi Rama. Mumpung Patih Kai masih single kan, mubazir.

Sebagai hukuman tambahan, Rama dipaksa oleh Prabu Tora untuk menghabiskan seluruh air kolam ikan yang sekarang rasanya sudah asin itu.

Nah lo, siapa suruh dah! XD

“Bagaimana rasanya, Rama, meminum air yang asinnya naujubilah bercampur dengan asemnya keringat ikan-ikan penghuni kolam?” goda Patih Kai.

“Bukankah itu seperti kuah empek-empek?” Prabu Tora ikutan ngeledek sebentar sebelum akhinya meninggalkan Rama yang siap-siap kembung ngabisin air sekolam.

Shinta yang hatinya masih terluka meluapkan kegalauannya di kamar seorang diri. Ia yang terlanjur sakit hati dan kecewa berat pada Rama lalu memohon kepada Dewa untuk mengutuk suaminya.

Shinta lalu meminta supaya Rama mendapat kutukan I’M NOT GAY.

Kutukan I’m Not Gay, kutukan macam apa itu? Ntahlah.

“Aku bersumpah, suatu hari nanti kau akan menyukai orang dari jenis yang sama sepertimu. Kau akan menyukai laki-laki, dan akan tersiksa dengan perasaanmu sendiri!”

Begitulah sumpah Shinta.

Jegleerrr~

Petir menggelegar di langit malam tanda permintaan Shinta telah dikonfirmasi oleh sang Dewa.

Elah… dikonfirmasi, dikata pesbukan kali? @,@

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Akhir yang menyedihkan bagi Rama. Ia pergi (lebih tepatnya diusir) dari negeri Mantili, meninggalkan Shinta yang sekarang berstatus sebagai ‘janda’.

Rama benar-benar menyesal sudah negative thinking sama istri sendiri.

Sementara Shinta, sudah 7 hari 7 malam sejak kejadian nyebur kolam ikan malam itu, Shinta merasa ada yang aneh pada dirinya. Muntah-muntah sepanjang hari ditambah rasa mual yang lumayan menyiksa. Awalnya semua mengira Shinta cuma masuk angin gara-gara berendem bentar di kolam tengah malem. Tapi setelah diselidiki, ternyata Shinta sedang mengandung benih cintanya dengan Rama.

Prabu Tora dan Dewi Sagawati bahagia tiada tara mengetahui kehamilan Shinta. Begitu juga dengan Shinta sendiri, tapi dia sedikit sedih. Jadi keinget Rama. Calon anak di kandungannya adalah hasil perbuatannya dengan Rama, tapi Rama sudah pergi, dia sudah tidak berada di samping Shinta lagi sekarang dan seterusnya.

Tapi tenang aja Shinta, kamu masih bisa manja-manjaan sama romo Tora dan mamih Saga, juga sama si Patih yang sebenarnya udah dari dulu ngarep. Dia siap disuruh kelayapan ke tengah hutan sekalipun demi memenuhi kebutuhan ngidammu kok. *lirik Kai yang lagi gelayutan di pohon mangga*

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

9 bulan berlalu. Tahun-tahun berganti. Dan tau-tau anak Shinta udah gede sekarang. Sesuai keinginan Prabu Tora, anak Shinta terlahir sebagai laki-laki. Padahal Dewi Sagawati kepinginnya punya cucu cewek. Akhirnya biar adil, anak Shinta yang diberi nama “Takashima Kouyou” itu lahir sebagai bishie. Dia memang laki-laki, tapi wajahnya sangat cantik persis seperti Shinta. Tubuhnya juga tidak terlalu manly.

Semakin dewasa, Takashima Kouyou semakin terlihat mirip dengan Shinta. Shinta yang awet muda kalo dijejer sama si Kouyou pasti disangka anak kembar beda jenis beda generasi.

Suatu ketika, Kouyou ngebolang, berburu di hutan sendirian. Di tepian sungai di tengah hutan, Kouyou tak sengaja bertemu dengan seorang lelaki tampan tapi mukanya lecek dengan pakaian ala kadarnya. Kalau diperhatikan, lelaki itu masuk ke kategori “om-om ganteng”.

Om-om yang belum diketahui namanya oleh Kouyou itu sedang berburu dan mengincar target yang sama dengan incaran Kouyou, yaitu bekicot. Eh bukan deng, tapi seekor bebek. Kali ini bukan bebek emas kayak yang pas itu, tapi bebek biasa. Kebetulan Rama teringat akan mantan istrinya yang demen banget sama bebek. Niatnya si Rama tu bebek mau dia bawa pulang, mau dipiara buat ngobatin kangennya sama Shinta.

Ketika mata onyx Rama berpapasan dengan mata hazel Kouyou, Rama merasakan aura pink menyelimutinya. Ada semacam efek blink-blink beterbangan di sekelilingnya.

‘Perasaan apa ini?’ jantung Rama deg-degan ga kira-kira. Ini adalah perasaan yang sama ketika pertama kali ia melihat Shinta dan langsung jatuh cinta padanya.

Itu sih Shinta, perempuan. Wajar kan?

Tapi yang sedang Rama lihat di hadapannya sekarang adalah laki-laki! Dia laki-laki!

Rama doki-doki pada seorang lelaki?

Oh my…

Sepertinya kutukan I’m Not Gay ala Shinta benar-benar terjadi!

=-=-=-==-=-=-=-=-=-=-=-=-=TAMAT=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=

editan abal by me X'D  muka Aoi kontras banget emang :v
editan abal by me X’D
muka Aoi kontras banget emang :v

Reitahwana

ciieee patih Kai narsis ciee~ :v
ciieee patih Kai narsis ciee~ :v

Akhirnya selesai juga XD

Makasih semuanya yang udah mau capek-capek baca ff panjang ini.

Khususon buat Leochuu yang udah nyumbang ide-ide gila semacam kutukan I’m Not Gay itu! :v

Maaf ya kalo banyak salah di sana sini.

Sankyuu~ ^o^)// *tebar cintah*

fanfic vistlip UmixYuh ~Eros and Psyche~ (chapter 2)

Title : Love and Soul
Chapter : 2
Genre : fantasy romance semrawut
Fandom : vistlip
Pairing : UmixYuh
Author : Hira Hiraito
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Yuh terus menunggu calon istrinya sampe dia ketiduran di atas batu. Selain kecapekan nunggu dia juga bete parah karena daritadi cuma nganggur ga ada kerjaan. Yuh lupa bawa lepi jadi dia ga bisa nonton video-video band kesukaan dan dorama yaoi kesukaannya. Ga tau sih di lepinya ada sesuatu semacam JGV apa enggak -_-
Yuh juga lupa bawa manga yaoi, jadi aja dia bete sebete-betenya.

Di tengah tidur lelapnya, Yuh didatangi oleh Tohya Zephyr, Dewa Angin Barat. Tohya membawa sukma Yuh ke sebuah padang rumput yang dipenuhi oleh bunga-bunga indah. Di sana juga ada bunga Adonis kesukaan Yuh. Bunga tembelek juga ada. Kembang pasirnya yang ga ada. Selain penuh dengan bunga, tempat itu juga dihiasi oleh sekumpulan kupu-kupu cantik yang seolah menyambut kehadiran Yuh.
‘Tempat apa ini?’ Yuh serasa seperti nyasar di surga. Tempat itu benar-benar indah dan tenang. Rasa takut Yuh yang sejak tadi membelenggunya tiba-tiba digantikan oleh perasaan tenang dan damai.
Yuh tersenyum melihat banyak kupu-kupu terbang di sekelilingnya. Eh, ada kupu-kupu Tay Pin San juga! Itu loh, kupu-kupu yang sampe sekarang masih suka ngeksis di kemasan jamu sakit perut.

Dari sekian banyak kupu-kupu, ada seekor kupu-kupu yang menarik perhatian Yuh. Kupu-kupu berwarna biru mencolok itu terlihat lebih heboh, seperti mengajak Yuh bermain-main. Yuh menyebutnya “kupu-kupu Morfo Biru”.
Kupu-kupu itu terbang sedikit menjauhi Yuh, Yuh lalu mengejarnya hingga ia tak menyadari bahwa ternyata kupu-kupu biru itu sedang menuntun Yuh ke suatu tempat.
“Wow~” Yuh tercengang melihat sebuah rumah besar dan megah di depannya. Daripada rumah, sepertinya itu lebih pantas disebut sebagai istana.
Tiba-tiba sebuah sinar menyilaukan muncul dari pintu utama rumah itu. Sinarnya benar-benar menyilaukan hingga memaksa Yuh untuk memejamkan kedua matanya.

Tohya Zephyr menyentuh tubuh Yuh yang masih terbaring di atas bebatuan. Kelembutan angin Tohya membangunkan Yuh dari tidurnya. Tohya pun berlalu sebelum Yuh benar-benar terbangun.
Yuh membuka kedua matanya perlahan. Cahaya hangat mentari pagi, itu lah yang pertama kali menyambut Yuh.
Yuh bangkit dari posisi tidurnya, melepaskan pandangan ke sekitarnya. Pepohonan, bebatuan, dan sungai kecil. Pemandangan indah yang ia lihat dari atas bukit.
“Calon istriku belum datang ya?” tanya Yuh pada dirinya sendiri. Mereka bilang, Ekhidna akan datang menemui Yuh sebelum pagi menjelang, tapi sampai sekarang Yuh tak menemukan kehadiran siapapun.
Yuh berniat mencari sebuah sungai untuk menyegarkan diri. Sungai? Sungai itu terletak jauh di bawah bukit. Yah paling tidak Yuh bisa menemukan embun di rerumputan dan dedaunan jika belum mengering diterpa mentari pagi buat cuci muka.
Aduh, Yuh lupa bawa facial foam lagi (//_-)
Yuh berbalik arah. Namun apa yang ia lihat membuatnya melek 100% dan nganga 3 jari.
Sebuah rumah besar layaknya istana terpampang nyata di depan mata Yuh!
Itu… persis dengan apa yang ia lihat di mimpinya tadi. Ntah mimpi atau apa, tapi Yuh benar-benar merasaka itu seperti kenyataan.
Di tengah ketakjubannya, Yuh dikejutkan oleh suara ghaib(?) yang mampir ke telinganya “Masuklah, Yuh. Anggap saja rumah sendiri!”
Yuh melangkahkan kakinya sedikit ragu mendekati rumah besar itu.
“Jangan takut! Masuklah!” suara lembut itu menggetarkan hati Yuh.
Yuh pun menginjakkan kakinya di lantai yang terbuat dari batu yang indah. Kedua matanya beroperasi mengamati rumah megah itu. Pilar-pilarnya begitu besar, terbuat dari emas, dindingnya terbuat dari perak. Terlihat patung selamat datang berbentuk salah satu personil Teletabis di dekat pintu utama.
Yuh masih memandanginya dengan tatapan takjub dan heran parah. Padahal semalam waktu Yuh datang ke puncak bukit bersama ayah dan kedua kakaknya ia tak melihat bangunan apapun di tempat ini. Tapi kenapa rumah besar ini tau-tau nongol seenaknya?
Kerjaan siapa ini? Mungkinkah ini sambutan Ekhidna untuk calon suaminya? Atau hanya sebagai perangkap? Ntahlah, tanyakan saja pada patung Teletabis.

Baru saja melewati pintu masuk, Yuh dikejutkan oleh kehadiran para Muse yang menyambut Yuh dengan nyanyian-nyanyian indah mereka. Nyanyiinnya sih lagu AbeGe Tua. Abege tua, tingkahmu smakin gila. Pfftt~ bukan deng XD
Yuh tersenyum, rasa takut dan kesedihan dalam hatinya mendadak berganti menjadi perasaan bahagia. Itu lah yang dirasakan setiap orang jika mendengarkan para Muse bernyanyi.
Kemudian datanglah para peri, mereka lalu menuntun Yuh ke sebuah ruangan dimana terdapat meja makan yang di atasnya penuh dengan jamuan-jamuan lezat.
Para peri itu mempersilahkan Yuh untuk duduk. Kemudian terdengar alunan musik indah berbaur dengan suara para Muse yang masih bernyanyi.
“Apa-apaan ini?” Yuh bertanya entah pada siapa. Mungkin sama patung Teletabis *lupakan patung itu!*
Tangan Yuh yang terulur di atas meja merasakan ada sesuatu yang menggenggamnya.
“Eh?” Yuh memperhatikan punggung tangannya… tidak ada apapun, tapi terasa hangat dan seperti ada kelembutan yang menyelimutinya.
“Tidak ada yang perlu ditakutkan! Ekhidna dan takdir burukmu itu hanyalah bualan master Hyde. Dia melakukannya atas permintaanku” suara tak berwujud itu lagi-lagi terdengar. Yuh celingukan ke segala arah mencari pemilik suara berat itu. Namun ia tak menemukan siapapun. Peri-peri yang menuntunnya pun kini sudah tak terlihat batang sayapnya. Para Muse juga seolah bersembunyi namun keindahan nyanyian mereka masih terdengar.
“Si-siapa kau?”
“Jangan takut! Aku Umi Eros alias Umi Cupid alias bang Umi, sang Dewa Cinta yang telah menancapkan panahku ke hatiku sendiri ketika melihatmu.”
“Oh!” Yuh ber-oh datar mendengar gombalan si suara ghaib. “Betewe Umi Eros apanya Umi Elvi?”
“Yah… malah becanda.”
“Kau yang mulai bercanda duluan! Mana mungkin kau Dewa Cinta?” Yuh tak percaya.
“Seterah! Pokoknya mulai sekarang, kau akan tinggal di rumah ini bersamaku. Dan aku bersedia menjadi pendamping hidupmu.”
“Aku tidak memintamu untuk menjadi pendamping hidupku!” ujar Yuh sedikit ketus.
“Lalu siapa yang kau tunggu di bukit ini? Ekhidna? Hakhakhak… yang benar saja! Seandainya wujud Ekhidna hampir serupa dengan Aphrodit atau Persephone pun, kau tidak akan bisa mencintainya. Karena…”
“Karena aku adalah seorang maho. Begitu?” -_-)
“Yak, tul! Aku lah yang memahokanmu. Ehehe…” Umi ngehe seadanya.
“Dasar, kurang ajar! Apa maksud semua ini? Apa yang kau inginkan dariku sampai-sampai kau tega memahokanku?” Yuh mulai geram.
“Kau berani mengatai dewa dengan kata-kata ‘kurang ajar’? Ckckck. Ketahuilah, Yuh… sebenarnya tugas utamaku adalah menghancurkan hidupmu. Dewi Cinta lah yang memintaku melakukannya. Tapi semua itu berubah sejak negara api menyerang Konoha. Eh, maksudku… semua itu berubah sejak aku melihatmu”tanpa disadari Yuh, Umi telah berdiri di belakang Yuh lalu mendekapnya.
Yuh merasakan sebuah pelukan hangat tapi ia tak dapat melihat siapa sosok yang memeluknya.
“Tapi kau telah memahokanku dan membuat hidupku tidak normal!”
“Itu karena aku ingin memilikimu. Kau tidak akan mungkin menderita jika bersamaku. FYI, aku ini juga maho. Jadi kita sama-sama maho. Bukankah itu cocok?” suara itu terdengar begitu jelas di telinga Yuh, bahkan Yuh bisa merasakan helah nafas menyentuh kulitnya.
“Gesrek!!” umpat Yuh.
“Beraninya kau berkata ‘gesrek’ ke dewa! Kau tau, apa hukuman bagi manusia sepertimu yang berani menghina Dewa Cinta sepertiku?”
“…” seketika Yuh terdiam. Dia takut dikutuk jadi kupu-kupu Tay Pin San sama dewa genit itu.

Chuu!
Yuh terkejut merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya. Kecupan pertama yang manis. Yuh baru merasakan yang begitu.
“Itu hukuman untukmu!” Umi nyengir mana tahan.
“Ap-pa-an-sih~” Yuh blushing ampe ubun-ubun. Bibir perjakanya telah dinodai oleh dewa. Tapi Yuh aselinya demen sih -_-)
“Dasar, dewa ges-”
“Kau mau hukuman yang lebih dari itu?” goda Umi sebelum Yuh menyelesaikan kata “gesrek”nya.
Dengan cepat Yuh menggeleng dan menutup mulutnya.

“Yuh~” panggil Umi lembut. Yuh hanya ber-“hm?” seadanya.
“Aku mencintaimu. Aku ingin menjadi pendamping hidupmu” Umi membisikkan kata-kata itu tepat di telinga Yuh. Bikin Yuh jadi merinding sampe bulu keteknya bediri *eh*
“Apah? Kau… yang benar saja!” X///D
“Aku serius! Kau pikir, untuk apa aku memahokanmu? Untuk apa aku memberikanmu tempat indah ini?”
“Tapi aku tidak percaya kalau kau adalah dewa!”
“Cepat atau lambat kau akan percaya.”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hari-hari berlalu, Yuh pun mulai terbiasa dengan kehidupan barunya, tinggal bersama sosok tak terlihat di rumah gedongan itu. Dan pada akhirnya Yuh percaya bahwa makhluk yang telah mencuri keperjakaan bibirnya adalah dewa, lebih tepatnya Dewa Cinta alias bang Umi.
Walopun kadang suka jail semacam diem-diem nyipok, tapi Umi selalu memperlakukan Yuh dengan baik. Yuh selalu dibuat takjub oleh semua perlakuan ajaib(?) Umi. Berkali-kali Yuh klepek-klepek, tersepona, dan merasa menjadi orang paling beruntung di dunia karena dicintai oleh dewa cinta macem Umi.

Umi berhasil memenangkan hati Yuh. Yuh pun sudah tak ragu lagi untuk mencintai Umi. Dicintai Umi dan mencintai Umi, membuat Yuh menghilangkan kebiasaannya baca manga yaoi, nonton dorama yaoi, atau menggila ketika menonton video band-band kesukaannya. Bagi Yuh sekarang, hidup bersama Umi adalah hal paling membahagiakan dibanding kebahagiaan apapun yang pernah Yuh rasakan sebelumnya.

Namun sampai saat ini Yuh belum diijinkan untuk dapat melihat wujud aseli Umi.
“Kalau kau memang mencintaiku, maka jangan pernah memaksaku untuk memperlihatkan wujud aseliku. Bahkan jika kau lancang memasuki kamarku saat aku sedang tidur, aku tidak akan segan meninggalkanmu saat itu juga.”
Itu lah pesan Umi yang selalu terekam dalam ingatan Yuh. Yuh sangat mencintai Umi, ia tidak ingin kehilangan Umi dan tidak ingin menyakiti Umi dengan mengingkari janjinya untuk tidak memaksa melihat wujud Umi. Tanpa bisa melihatnya pun, Yuh sudah sangat bahagia karena Umi selalu ada di sampingnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Lama berpisah dari keluarganya, Yuh jadi kangen. Apalagi mereka ngira Yuh mau dijadiin suami monster mengerikan, pasti mereka ketar-ketir sepanjang hari. Padahal kenyataannya berbanding terbalik. Yuh malah bahagia tinggal di bukit sama dewa.

Suatu ketika Yuh meminta Umi untuk mengantarkannya main ke kerajaan bertemu dengan ayah dan kedua kakaknya. Awalnya Umi menolak, tapi Umi ga tega liat Yuh galau terus, akhirnya Umi mau juga. Tapi berhubung waktu itu Umi sibuk nyomblang-nyomblangin orang, jadi Umi minta bantuan Tohya Zephyr buat nganterin Yuh.
Sebelum pergi, Umi berpesan supaya Yuh tidak menceritakan tentang Umi pada siapapun. Yuh hanya diperbolehkan untuk memberitau ke keluarganya kalau selama ini dia baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
“Baiklah” Yuh menyanggupinya. Ia pun menuruni bukit dengan dikawal oleh Tohya, teman baik Umi yang bisa disuruh-suruh.


Sampailah Yuh di kerajaan. Ia melepas rindu yang bertumpuk pada ayah dan kedua kakaknya yang kebetulan pas itu lagi weekend-an di kerajaan bareng bininya masing-masing. Seisi kerajaan pada kaget pas Yuh dateng, abisan tau-tau nongol gitu aja. Yuh sih bilangnya ga pake kendaraan apa-apa buat ke kerajaan, dia cuma naik awan Kinton gitu katanya. Au dah.

Seluruh penghuni kerajaan bahagia menyambut kedatangan Yuh, lebih-lebih sang raja, sampe air matanya berceceran karena saking senengnya. Sang raja tak menyangka bahwa ternyata putranya masih hidup *jahat!* X’D
Ya kan si babeh ngiranya Yuh udah dimakan(?) sama Ekhidna. Tapi syukurlah ternyata Yuh baik-baik aja, malah keliatan rada berisi karena hidupnya makmur.
Yuh bilang, ramalan master Hyde itu bohong. Ternyata bukan sosok mengerikan semacam Ekhidna yang menjadi istrinya, tapi seorang wanita tomboy pemburu bernama Atalanta yang lebih suka ngebolang di alam bebas. Ga usah mikir jauh tentang gimana mereka beli beras atau sembako buat keperluan sehari-hari. Fanfic ini bukan kisah hidup yang real XD

Selesai kangen-kangenan, Yuh pamit pulang. Bagaimanapun dia harus kembali ke bukit, Umi pasti sudah menunggunya (kalo kerjaan manah-manahin hati orang udah kelar)

Sampailah Yuh di puncak bukit. Ia lega, keluarganya sudah tak mengkhawatirkan keadaan Yuh lagi. Dan sekarang Yuh bisa hidup bersama Umi dengan lebih tenang.
Tapi tanpa Yuh sadari, hari itu juga Yuh mulai dekat dengan kehancurannya.
Tomo dan Rui yang ternyata penasaran setengah mati dengan kehidupan Yuh mulai kepo. Kebetulan sore itu mereka berdua sedang tidak ada kerjaan, lalu mereka memutuskan untuk menguntit Yuh sampai ke tempat dimana Yuh ditinggalkan sendirian untuk menunggu takdirnya kala itu.

Tomo dan Rui kaget bukan main ketika melihat Yuh memasuki sebuah rumah megah (megah doank ga pake Wati yak). Terlihat patung Teletabis menyambut kepulangan Yuh. *coret*
“Sejak kapan ada bangunan megah semacam itu di bukit ini?” pertanyaan itu menghampiri benak Tomo.
Daripada penasaran sampe pulang ntar, Tomo dan Rui memutuskan untuk masuk ke rumah itu.
Baru sampai depan rumah saja mereka tak henti-hentinya ber-wow-ria. Rumah itu menakjubkan, lebih dari kerajaan Tomo dan Rui sendiri.
“Sebenarnya wanita macam apa yang menjadi istri Yuh?” Rui sempat bertanya begitu pada patung Teletabis. Patung lagi patung lagi… bosen gw ngetiknya -_-)

“Mas Tomo? Mas Rui?” Yuh terkejut melihat kehadiran kedua kakaknya yang seperti tiba-tiba itu. Yuh lalu mempersilahkan keduanya masuk. Tomo dan Rui makin nganga terpesona melihat isi rumah itu. Berbagai pujian dan kata-kata ketakjuban terus terlontar. Baru tau kan, ternyata anak-anak raja juga bisa bertingkah kampungan.
Sementara Tomo dan Rui masih sibuk melihat-lihat pajangan di dalam rumah, Yuh sibuk memikirkan jawaban bohong kalau nanti kakak-kakaknya tanya soal istri Yuh.
“Ngomong-ngomong istrimu kemana?” tanya Rui yang lagi asik elus-elus pajangan poci Aladin, yah siapa tau bisa nongol Jin ‘ScReW’ dari sana.
“I-istriku… paling-paling lagi main ke hutan atau arisan. Hehee…” jawab Yuh seadanya.
“Istrimu kerja apa, kenapa bisa bangun rumah se-emejing ini?” jleb! Pertanyaan Tomo ini cukup membuat kepala Yuh mendadak migren. Sejak ditinggal di bukit waktu itu, Yuh sudah tidak pernah dapat jatah uang jajan dari si babeh, Tomo juga tau Yuh itu belum bekerja, jadi wajar kalau Tomo mengira istri Yuh yang bekerja.
“Ini rumah warisan dari orang tua istriku” mampus! Semoga jawaban Yuh ini bisa diterima.
“Oh… rumah warisan toh?”
“Ehehehe… begitulah.”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sejak hari itu, Tomo dan Rui jadi sering main ke rumah Yuh. Selain ngincer jamuannya yang enak-enak, mereka juga pasti ngarep pulangnya dibawain beras dan sebongkah berlian lagi kayak kemaren.
Tapi mereka heran, setiap kali rumah Yuh didatengin, istri Yuh ga pernh ada di rumah. Alsannya cuma dua, kalau ga lagi main ke hutan ya palingan lagi arisan.

Tomo dan Rui curiga. Yuh pasti menyimpan rahasia besar dibalik kehidupannya yang makmur jaya itu. Rasa curiga dan ingin tau itu meluap hingga akhirnya Tomo dan Rui memaksa Yuh untuk mengungkap identitas sang istri.
Mereka terus mendesak bahkan memojokkan Yuh, sampai kesabaran Yuh menuju puncak gemilang cahaya. Tanpa bermaksud mengkhianati Umi dan membohongi kedua kakaknya, akhirnya Yuh mengaku bahwa selama ini dia tidak hidup bersama seorang wanita tomboy pemburu, melainkan dengan Dewi Perburuan, Artemis.
Tomo dan Rui terbelalak tak percaya. Namun jika melihat kenyataan di depannya, mereka yakin bahwa adiknya itu tidak berbohong. Yah percaya ga percaya gitu deh.
Ketika Rui meminta Yuh untuk memperlihatkan sang dewi pada kedua kakaknya, Yuh lagi-lagi bingung harus ngeles apa.
Mau tidak mau, Yuh berkata pada kedua kakaknya bahwa ia tidak diperbolehkan melihat wujud aseli Artemis. Dan Yuh telah berjanji untuk tidak melihat Artemis dengan cara apapun. Selama Artemis terus berada di sampingnya itu sudah lebih dari cukup.

“Kau yakin dia mencintaimu?” tanya Tomo setengah berbisik.
“Dia sangat mencintaiku. Aku juga sangat mencintainya, melebihi apapun.”
“Kalau memang begitu, kenapa dia harus menyembunyikan wujudnya dari orang yang dia cintai? Sekalipun dia adalah dewi.”
“…” @,@
“Dasar bodoh! Mau-maunya dibohongi. Dia tidak mengizinkanmu melihat wujudnya karena dia mengerikan, dia tidak ingin kau takut lalu pergi meninggalkannya dan harapannya untuk mendapatkan kecantikanmu itu musnah!”
“Yak! Rui benar! Kau telah masuk ke perangkap monster itu. Ramalan master Hyde itu selalu benar. Makhluk yang selama ini tinggal bersamamu bukanlah dewi, tapi monster wanita setengah ular yang mengerikan. Sekarang dia memang memanjakanmu dengan semua ini, tapi percayalah ini tidak akan berlangsung lama. Tinggal menunggu waktu kapan dia akan memperlihatkan wujudnya dan memangsamu, merenggut kecantikanmu” perkataan Tomo cukup ampuh menggoyahkan iman Yuh.
Meskipun awalnya Yuh menampik anggapan kedua kakaknya, tapi hati kecil Yuh tergerak untuk mengetahui wujud aseli makhluk yang mengaku sebagai Dewa Cinta itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Malam itu adalah malam yang sangat berat bagi Yuh untuk menentukan satu di antara dua pilihan. Tetap memegang teguh janjinya untuk tidak melihat wujud Umi sampai ia mengizinkannya atau memaksa melihat wujud aseli Umi yang mungkin adalah sosok makhluk mengerikan yang akan memangsa Yuh jika waktunya tiba.
Namun, siapapun Umi, malam itu juga Yuh harus mengetahui wujud aseli makhluk yang selama ini tinggal bersamanya.

Tengah malam ketika Umi sedang tidur di kamarnya, dengan lancang Yuh menyelinap masuk. Tangan kanannya menggenggam sebuah light stick yang biasa dipake buat nonton konser Jeketi. Eh bukan deng, maksudnya… sebuah lampu senter 5 watt yang biasa dipake buat nangkep kodok.

Detak jantung Yuh lebih cepat dari biasanya, bahkan lebih cepat dibandingkan saat dia digrepeh-grepeh Umi *hus! hus!!*
Langkahnya maju-mundur menandakan masih ada sedikit keraguan dalam diri Yuh. Atau mungkin Yuh merasa takut? Ntahlah, pokoknya malam itu Yuh cuma pingin tau wujud Umi yang sebenarnya. Abis liat ntar udahan kok, Yuh nya bakalan cepet-cepet keluar dari kamar Umi.

Ngrroookkk~ ngrrroookkk~
Ngrroookkk~
Telinga Yuh menangkap suara ngorokan khas orang tidur ngebo. Dih, ga nyangka ya bang Umi tidurnya ngorok.
Jarak antara Yuh dengan tempat tidur Umi semakin dekat. Dan ketika kaki Yuh mulai menyentuh tepi tempat tidur Umi, Yuh mendekatkan lampu senter 5 wattnya ke arah makhluk yang tengah tertidur pulas itu.
“Oh… oh my…” O///O
Betapa terkejutnya Yuh begitu melihat seonggok pemuda tampan dengan wajah berseri-seri berbaring di hadapannya. Yuh semakin mendekat. Butuh waktu lama untuk mempercayai wujud aseli Umi yang selama ini ia rahasiakan sendiri.
Yuh menemukan sebuah kacamata tergeletak di samping tempat tidurnya.
‘Jadi… jadi Umi burem?’ tanya Yuh dalam hati. Masih ngobrol sendiri, ‘Umi bilang Umi bisa terbang. Tapi aku tidak menemukan sepasang sayap di sini. Apa mungkin Umi terbang pakai sayap anti kerut anti bocor? Ah, mana bisa?’ kebingungan itu segera enyah saat Yuh memandangi wajah tampan itu lekat-lekat.
Meski dalam keadaan terpejam, tapi Yuh bisa membayangkan betapa hangatnya tatapan mata Umi. Dan betapa genitnya tatapan itu setiap kali ia merayu Yuh.
Pandangan Yuh turun ke hidung Umi, dia intip-intip lubang hidung Umi ‘Wah, ternyata lubang hidung Umi gede. Kata temanku yang namanya Gin, kalau lubang hidungnya gede gengsinya juga gede. Ahaha… bisaan aja!’
Sudah cukup, Yuh tidak ingin berlama-lama mengintip lubang hidung Yuh, takutnya ada tikus nongol dari sana trus ngajak kenalan.
Beralih ke bibir Umi yang sekarang udah mingkem, udah ga ngebuka kayak waktu ngorok tadi.
Yuh cecengiran sambil blushing membayangkan bagaimana bibir itu bisa menghasilkan sebuah kelembutan ketika mencium Yuh. Pfftt~ apa sih bahasanya, menghasilkan kelembutan :v *serasa aneh baca kalimat sendiri*

Yuh lupa dengan rencananya untuk segera meniggalkan kamar itu setelah mengetahui wujud aseli Umi, hingga dewa tampan itu mulai terbangun karena merasakan kehadiran orang lain di dekatnya.
Yuh panik ketika tubuh Umi sedikit bergerak. Saat Yuh beranjak dari tempat tidur Umi, Umi membuka kedua matanya. Menyadari ada cahaya di dekatnya, Umi terperanjat. Dan betapa terkejutnya Umi ketika melihat lelaki cantik dengan sebuah lampu senter di tangannya tengah berdiri di tepi tempat tidurnya.
“YUH??”
“U-Umi-”
“Kau… kenapa kau melakukan ini Yuh? KENAPA??”
“Kenapa? Kau mau tau jawabannya? Jawabnya ada di ujung langit, kita ke sana dengan seorang anak-”
“YUH!!!!” satu gertakan membuat Yuh menundukkan wajahnya. Abisan, orang lagi marah malah dibecandain -_-)
“Maaf… maafkan aku, Umi…” Yuh mengulurkan tangannya mencoba meraih tapi Umi menepisnya kasar. Umi hanya memandangi Yuh dengan tatapan murka.
Tanpa mengatakan sesuatu, Umi beranjak dari tempat tidurnya, meraih kacamata dan memakainya lalu ia berjalan ke arah jendela.
“Umi, tunggu!!” Yuh berusaha mengejar Umi, namun langkahnya terhenti saat Umi menoleh ke arahnya.
“Cukup, Yuh! Kau sudah melakukan kesalahan besar. Dengan melihat wujudku sebelum aku izinkan, itu berarti kau tidak mempercayaiku. Dan kau tau apa yang akan terjadi setelah ini” Umi bersiap untuk terbang dari kamarnya yang berada di lantai 13. wuiiih… rumah susun kali?
Tapi ada sesuatu yang menahannya. Ia berbalik arah lalu berjalan menuju lemari penyimpanan sayapnya. Ternyata Umi lupa pasang sayap.

Setelah mengenakan sepasang sayap tipe M 48 UR (dibaca : MABUR) Umi kembali ke arah jendela. Ia bersiap untuk terbang meninggalkan Yuh.
Sebelum benar-benar pergi, Umi mengatakan sesuatu dengan nada penyesalan…
“Cinta tidak dapat hidup dimana tidak ada kepercayaan.” (kalimat ini diambil dari buku Mitologi Yunani by Edith Hamilton, ada di halaman 82) XD

Whussss~
Umi melesat terbang meninggalkan Yuh yang diselimuti rasa bersalah dan rasa penyesalan yang amat dalam. Ia telah melukai Umi. Dan Umi telah pergi meninggalkannya entah kemana.
Yuh hanya bisa tertunduk lesu menyalahkan dirinya sendiri.
Entah apa yang harus ia lakukan untuk menebus kesalahannya, untuk membuat Umi kembali padanya. Seandainya bisa.

umixyuh by hiraito
hirahiraito.deviantart.com

=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=T-B-C=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=

the GazettE fanfic _ RAMAYANA (chapter 3)

Title       : Ramayana Abal-abal 
Chapter : 3 
Pairing   : AoixUruha, ReitaxUruha 
Genre    : romance, fantasy, gaje, amburegul 
Author    : Leo Senri Vieleofitria Rizky feat. Hira Hiraito *ciiee ff kolab ciieee*

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Shinta menghabiskan hari-harinya di kerajaan Reitahwana bersama sang raja. Memang sih, dulu pas awal-awal Shinta sempet najong tralala sama raja yang noseband nya ga pernah diganti itu, tapi lama-lama Shinta mulai merasa sedikit nyaman ada di dekat Reitahwana.
Ntah karena Reitahwana yang suka manjain Shinta atau karna jauh dari Rama jadi Shinta bisa asik-asikan sama Reitahwana. Pffttt~ Shinta bukan jablai tapinya :v
Ya abisan gimana, Shinta udah ga bisa kabur dari kerajaan Reitahwana.
Lagipula Reitahwana tidak sejahat yang Shinta kira kok. Ternyata setelah kenal lebih jauh, Reitahwana itu orangnya baik. Ya walaupun gaptek sih, ga kayak kanda Rama yang punya akun sosmed ini itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sejak hilangnya Shinta, negeri Mantili dirundung kesedihan mendalam. Sang Prabu yang biasanya riang gembira sampe sekarang belum pernah keliatan senyumnya.
Dewi Sagawati juga tidak kalah suram dengan Prabu Tora. Terlebih Rama, udah sedih kehilangan Shinta ditambah sakit ati karna main disalah-salahin gitu aja sama seisi Mantili, dianggapnya Rama itu suami yang ga becus jagain istri. Main di hutan aja bisa sampe ilang udah kayak ngajak main anak ayam.

Segala daya upaya Rama lakukan untuk bisa menemukan Shinta. Mulai dari nyepam di akun sosial medianya, tebar brosur orang ilang, sampe utak atik google map. Waktu itu belum ada polisi yang bisa dipake buat laporan. Polisi sama google map lahirnya duluan mana sih? O.o
Rukiman si kera putih sahabat karibnya Rama pun sampai sekarang belum memberi kabar tentang keberadaan Shinta. Padahal katanya si Rukiman itu kera putih ajaib, tapi nyari Shinta aja ga nemu-nemu. Ah, kera putih abal-abal -_-

Waktu berlalu. Sehari setelah Rukiman dikatain “kera putiih abal-abal” sama author, dia pun nongol. Panjang umur dah.
Rama yang ketika itu tengah khusyuk menggalau di kamarnya tiba-tiba dikejutkan dengan kehadiran sosok kera putih rada mbul yang tau-tau nongol dari jendela.
“Rukiman!!” Rama membuka jendela kamarnya tanpa mempedulikan Rukiman yang jidatnya kepentok jendela. Lagian Rukiman juga sih, masa temen Raden Rama masuknya lewat jendela?

Rukiman lalu masuk ke kamar Rama dan langsung disambut Rama dengan pertanyaan seputar keberadaan Shinta.
“Selow Ram, selow!” ujar Rukiman sambil bernapas. Dari awal dateng dia udah sesek napas duluan ngeliat Rama yang ga bisa anteng.
“Aku sudah tau di mana Dewi Shinta berada!”
“DI MANA? DI MANA AYO CEPAT KATAKAN, RUK!! KATAKAN PADAKU YANG SEJUJURNYA DI MANA SHINTA!! KATAKAAAANNNN!!!” desak Rama pake capslock sambil guncang-guncangin Rukiman.
“Tenangen awakmu, Ram!”
“TIDAK BISA!! AKU TIDAK BISA TENANG SEBELUM KAU KATAKAN DI MANA SHINTA!! JAWAB AKU, RUKIMAN! DI MANA SHIN-”
Prettt! Satu selepetan dari Rukiman sukses membungkam Rama yang nerocos mulu kayak knalpot bajaj.
“Dewi Shinta telah diculik!”
“Apah? Dinda Shinta diculik? Siapa yang menculik Shintaku? Siapa?” jenggot Rama kebakaran. Ralat! Rama kebakaran jenggot.
“Siapa? Kasih tau ga ya?”
“KASIHTAU DONK!!!” >w<
“Pasti mau tau banget ya Ram?” elah si Rukiman malah becandain.
“Bukan cuma mau tau, tapi aku juga mau mencekikmu!” Rama gregetan parah sama tu monyet. Eh, kera maksudnya. Kera itu ya… monyet kan?
“Baiklah, baiklah. Akan aku beritau. Tapi…”
“Tapi apa?”
“Wani piro?”
Rama kehabisan kesabaran. Ia lalu menarik kejam(?) ekor si Rukiman yang di belakang. Ya emang monyet ekornya di mana lagi kalo ga di belakang? XD
Rukiman akhirnya menyerah becandain Rama.

“Baiklah. Rama, istrimu… diculik oleh seorang raja dari negeri Alayka.”
“Ra-Raja dari negeri Alayka?” OwO
“Ya. Namanya Suzuki Akira, bukan nama sebenarnya.” Ngekk~
“Lalu nama sebenarnya siapa?”
“Dia… berinisial R.”
“SIAPA NYET?? SIAPAAAAAA????” aseli, kalo bukan temen sendiri udah Rama bejek-bejek ampe penyet tu monyet.
“R to the E to the I to the T to the A to the-”
“TO THE POINT AJA APA SUSAHNYA SIH?” kali ini Rama udah nyiapin gergaji mesin buat sunatin si Rukiman.
“Eh, iya iya iya. Dia… dia adalah… Reitahwana!”
“Reitah…wana?” O.O
“Ya. Dia lah raja alay tukang galau yang telah menculik Dewi Shinta.”
Wajah Rama yang tadinya merah padam karena ga abis-abis dikerjain Rukiman sekarang jadi makin merah merekah pecah-pecah mendengar nama si penculik itu “Kalau begitu, kita ke sana sekarang! Kita habisi si Reitahwana lalu kita bawa pulang Shinta!”
“Kita? Kau saja!” -_-
“…!!” tanpa menggubris respon Rukiman, Rama menyeret monyet putih itu keluar lalu mereka pun pergi ke negeri Alayka tanpa berpamitan dulu ke Prabu Tora dan Dewi Sagawati. Orang tua Shinta memang sedang galau akut, susah dimintain pamit (apalagi dimintain uang ongkos).

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, akhirnya sampai juga Rama dan Rukiman di negeri Alayka. Harusnya mereka udah nyampe dari tadi banget, tapi capung raksasa piaraan Rama sempat mogok di tengah perjalanan, ditambah tadi ada insiden tabrakan kecil sama pesawat Nagaterbang Air, jadi lah Rama dan Rukiman rada telat nyampenya.

Rukiman yang berwujud monyet setengah manusia kemudian merubah wujudnya menjadi monyet sungguhan dengan bulu abu-abu agar tidak ada seorang pun yang menyangka bahwa itu adalah monyet jejadian.
“Bagus!” Rama menepuk pelan kepala monyet di depannya “Sekarang kau masuk ke kerajaan, ceritanya jadi monyet nyasar terus kelaparan!”
Rukiman yang berwujud full monyet lalu menyusup ke kerajaan melalui pepohonan di sekitar kerajaan. Sementara Rama menunggu tak jauh dari kerajaan dengan menyamar sebagai abang somay somaynya abis.
Cukup sukses. Tak ada seorang pun yang menyadari kehadiran Rukiman hingga monyet tengil itu sampai di halaman belakang kerajaan tempat Reitahwana main petak umpet sama Shinta. Ppffttt~ ya gitu deh, tempat Reitahwana nyantai buang waktu kalo lagi ga ada kerjaan.

‘Dewi Shinta?’ seru Rukiman dalam hati ketika melihat Shinta tengah asik berkutat dengan kain batik di tangannya.
Tak lama, Reitahwana datang menghampiri Shinta, “Cantik… kau sedang apa?”
“Sedang… membuat noseband!”
“Eh?”
“Aku lihat noseband mu sudah bulukan. Jadi aku pikir tidak ada salahnya membuatkanmu noseband baru dengan bahan batik” Shinta tersenyum. Sementara Reitahwana cengo mendengar perkataan Shinta. Hey, Shinta tidak tau tentang misteri noseband buluk yang setia membelit hidung Reitahwana itu!
Di atas pohon asem, Rukiman memandangi Shinta penuh heran, ‘Dewi Shinta… kenapa dia terlihat normal seperti biasa? Tidak ada tanda-tanda menderita karena diculik.’
Setelah puas melihat kondisi Shinta, Rukiman mengalihkan pandangannya pada sosok lelaki tampan yang duduk di samping Shinta.
‘i-itu…’ suara hati Rukiman menyebutkan bahwa lelaki tampan itu adalah sang raja Alayka, alias Reitahwana, alias si penculik Shinta.
‘Tidak salah lagi, pasti dia adalah Reitahwana! Kelihatan dari nosebandnya!’ Rukiman terus memperhatikan Reitahwana dari atas pohon. Tapi semakin lama Rukiman memperhatikannya, Rukiman jadi doki-doki sendiri.
‘Tak disangka, ternyata penculik Dewi Shinta itu tampan juga ya! Pantas saja Dewi Shinta betah diculik’ tanpa sadar Rukiman blushing.
Meski sempat beberapa detik terpesona oleh ketampanan Reitahwana, Rukiman tidak melupakan misi utamanya untuk membebaskan Shinta.

Krek!
Gubrag!
“Eh?” Shinta dikejutkan oleh suara ranting pohon yang patah dan disusul suara seperti benda jatuh dari atas. Kalo dari bawah namanya “nyumul”.
Shinta menoleh ke sumber suara, dilihatnya segeluntung monyet sedang ntah apa Shinta tidak bisa memastikannya. Terlihat monyet itu mengelus-elus kepalanya.
Sepertinya dia terjatuh, begitu pikir Shinta.
“Reitah, ada monyet jatuh!” seru Shinta.
“Hah? Ayo bikin permohonan!”
“Bukan bintang jatuh, tapi monyet jatuh!” Shinta baru tau selain mungkin hidungnya Reitahwana tersumbat karna pake noseband, ternyata telinganya juga tersumbat.
“Mana?”
“Tuh!” tunjuk Shinta ke si monyet yang masih betah aduh-aduhan di bawah pohon, “Sebentar ya!” Shinta mengabaikan calon noseband batik buatannya lalu berlari menuju pohon asem yang tak jauh dari tempatnya duduk-dudukan.

Dengan penuh kasih sayang layaknya anak sendiri, Shinta meraih monyet itu ke pelukannya lalu mengusap lembut kepala si monyet “Uluh uluh… kacian…”
Ekspresi monyet jejadian itu berubah sok manja tapi juga terlihat menikmati pelukan lembut Shinta. Mana si Shinta pake kemben, kan… gimanaaa gitu.
‘Asik ya dipeluk cewe. Pantesan Rama gemukan sekarang’ batin Rukiman. Ntah apa maksudnya, tanyakan saja pada ekor monyet yang bergoyang.
Tak lama, Reitahwana datang menghampiri Shinta dan si monyet “Bagaimana, apa dia terluka?”
“Sepertinya tidak. Tapi kasian, aku tidak tega melihat wajahnya yang memelas ini” tangan kiri Shinta gelayutan manja di lengan Reitahwana “Reitah, aku ingin merawat monyet ini. Boleh ya!”
Reitahwana melirik monyet itu sedikit judes, tatapannya seperti mengatakan… ‘Beruntung banget lu nyet!’
“Rei?”
“Eh? i-iya, boleh saja” apa sih yang enggak buat Shinta si calon istri? -_-
“Makasih, Reitah. Kau memang baik” senyum bahagia terukir di wajah cantik Shinta.
“Memang dari dulu aku baik” Reitahwana kembali memandangi si monyet, tapi kali ini Reitahwana merasa ada yang tidak beres dengan tatapan monyet itu.
Walaupun hanya seekor monyet, tapi Reitahwana risih kalau ditatap dengan tatapan seperti itu.
“Apa nyet? Kau mau pisangku?”
Si monyet blushing.
“Eh, maksudnya pisang yang ada di kebonku. Itu, di kebon belakang.”
“Nah! Ide bagus! Pasti si monyet ini lapar. Ayo Reitah, kita ajak dia jalan-jalan ke kebon pisang!” ajak Shinta semangat.
“Ayok!” dengan senang hati Reitahwana mengiyakan ajakan Shinta.
“Ayo nyet!”
“Kok ‘nyet’nya ngadep ke aku? Memangnya aku si monyet?” protes Reitahwana.
“Eh, hehe… bukan, bukan! Aku salah nengok” Shinta ngehe ala kadarnya.

Mereka bertiga lalu berjalan menuju kebon pisang kerajaan pake kereta kuda.
Kerajaan Alayka ini luasnya jauh melebihi luas jidat Aggy, apalagi kebon-kebon yang tersebar di sekitar kerajaan, udah ngalahin taman buah Mekar Sari. Buah apa aja lengkap dah.
‘Pasti si Rukiman seneng banget nih diajak menjelajahi kebon pisang’ begitu pikir author. Shinta juga mikir gitu. Tapi pas udah nyampe di kebon pisang… ampun! Si monyet kecewa berat!
Monyet itu langsung ngambek pas liat pohon-pohon pisangnya. Hampa! Ga ada satu pun pohon pisang yang berbuah. Ada sih, tapi pisangnya masih kunyil-kunyil, mana doyan dia? -_-
‘Kamprettos nih si Reitahwana!’ batin Rukiman menjerit.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sejak kehadiran si monyet di kerajaan Alayka, Shinta jadi ga sering-sering galau. Dia serasa punya teman baru yang bisa dibully seenaknya.
Tapi Reitahwana suka sebel kadang, abisnya tiap Shinta ngajak ngobrol si monyet pake acara nyebut “nyet, nyet” itu nengoknya ke Reitahwana. Akhirnya Reitahwana memutuskan untuk memberi nama monyet itu “Kimin”, biar Shinta ga seenak jidat manggil-manggil “nyet”, kurang enak didengar Reitahwana.

Rukiman tak ingin berlama-lama membuang waktu di kerajaan Alayka dan membiarkan Rama menyamar jadi kang somay terus-terusan.
Malam itu, Shinta tengah tertidur lelap, kayaknya dia kecapekan karna seharian main-main sama Rukiman a.k.a Kimin.
Rukiman yang masih terjaga sengaja keluar dari kamar lalu menyusup ke sebuah kamar tempat Reitahwana tidur.
Jengjeng~
Rukiman berhasil masuk ke kamar Reitahwana ntah dengan cara apa. Dia kan sakti ceritanya.
Ia terpaku beberapa jenak ketika matanya tertuju pada sesosok lelaki tampan yang lagi TOPLESS sambil komat-kamit sendirian kayak yang sibuk baca catetan utang.
Wow! Baru kali ini Rukiman sedoki-doki itu ngeliat cowo ganteng. Mana topless.
Aduh itu body…
Itu bibir yang lagi komat-kamit…
Itu mata…
Itu hidung yang lagi ngumpet…
Itu rambut yang sliwir-sliwir(?) kena angin dari jendela kamarnya…
Pesona Reitahwana berhasil menjerat Rukiman. Kalau penculiknya seaduhai ini sih Rukiman rela gantiin posisi Shinta.

“Wetonku dan wetonnya Shinta cocok. Kalau dihitung dari weton dan tanggal lahir, tanggal ini dan hari segini adalah waktu yang tepat untuk melangsungkan pernikahanku dengan Shinta!” perkataan Reitahwana sukses bikin Rukiman keselek biji duren.
‘Melangsungkan pernikahan?’ OwO
Oh, jadi daritadi Reitahwana komat-kamit itu lagi ngitungin tanggal nikahan?
Rukiman harus bertindak sebelum tanggal itu tiba.
Selesai dengan urusannya, Reitahwana lalu rebahan sejenak di ranjang. Tetiba ia teringat noseband batik bikinan Shinta yang udah jadi dari kemarin.
Ia raih noseband batik itu yang tergeletak di meja dekat ranjang lalu memandanginya “Noseband ini memang keren. Pasti aku semakin tampan jika memakainya. Tapi maaf, Shinta… aku tidak bisa mengganti noseband lecekku ini dengan noseband apapun.”
Dari tempat terpencil di sudut kamar, Rukiman memandangi Reitahwana dan nosebandnya dengan tatapan penasaran(?)

Tak lama, Reitahwana tertidur dengan tangan yang masih menggenggam noseband batik buatan Shinta.
Rukiman lalu kembali ke kamar Shinta.
Sudah tiba waktunya.

“Dewi Shinta… ah, tuan putri…” suara lumayan cempreng itu membangunkan Shinta dari tidurnya.
“Ngh..” Shinta membuka kedua matanya perlahan, ngumpulin nyawa dulu.
“Tuan putri…”
Begitu kesadaran Shinta mencapai 100%, Shinta terkejut setengah metong melihat seonggok monyet putih berwujud manusia (?) berdiri di tepi tempat tidurnya.
“Ru-Rukiman?!?!” OwO
“Ssttt~” Rukiman berbisik “Aku datang ke sini bersama Rama. Tuan putri akan segera kembali ke Mantili.”
“Benarkah?” hati Shinta lompat-lompat(?) bahagia ga karuan mendengar perkataan Rukiman. Apalagi dia bilang ke sininya sama Rama. Berarti Rama ga jauh-jauh dari Shinta. Duh, Shinta jadi ga sabar pingin cepet-cepet pulang.
“Baiklah. Tuan putri tetap di sini. Aku akan menemui Rama sebentar”
Cusss! Rukiman kembali berubah wujud menjadi Kimin lalu keluar lewat jendela.
Tuh kan? Emang cuma pemain tokusatsu doang yang bisa berubah wujud?
“Heee?” Shinta terkejut lagi setelah menyadari bahwa ternyata monyet peliharaannya itu adalah Rukiman. Mendadak Shinta jadi nyesel parah udah peluk-peluk si monyet.
Anjir! Mana pas itu si Kimin sempet disuruh boboan di dada Shinta >////<
Tenang Shint, Kimin kagak doyan cewe kok, dia doyannya sama cowo ganteng yang lagi ngebo di kamar sebelahnya kamar sebelah :v

Tak lama, Rukiman kembali ke kamar Shinta masih dengan wujud Kimin.
Cusss! Ia berubah wujud lagi ke asalnya. Ah, Rukiman, berubah mulu ntar batrenya abis loh -_-
“Tuan putri, Rama menunggumu di halaman belakang yang ada pohon asemnya.”
“Pohon asem yang mana? Di sini ada banyak pohon asem.”
“Itu, pohon asem yang ada tulisannya ‘Dilarang kencing di sini’. Sebaiknya Tuan putri ke sana sekarang” sebelum beranjak, Rukiman melindungi Shinta dengan pagar ghaib (?) agar tidak bisa dilihat oleh mata orang biasa macem penjaga-penjaga kerajaan yang lagi main karambol di pos depan.
“Tuan putri tidak akan terlihat oleh mata penjaga-penjaga kerajaan, tapi tuan putri harus tetap hati-hati. Okeh?”
“Ya. Aku mengerti.”
“Baiklah. Sekarang tuan putri keluar lewat jendela. Nistah sedikit tidak apa-apa ya!”
Shinta mengangguk pasrah mengikuti perintah Rukiman. Baru kali ini dah, tuan putri cantik macem Shinta keluar kamar lewat jendela.
“Rama sedang menyamar jadi pohon kesemek, jadi nanti jangan histeris kalau tuan putri sampai di dekat pohon asem terus tau-tau ada pohon yang memeluk tuan putri.”
“Heee?” Shinta ga bisa bayangin gimana suami keren badasnya bisa nyamar jadi pohon kesemek.
“Tuan putri siap?”
“Siap!”
“Ok, waktunya dimulai dari… sekarang!!” jadi inget acara master chef @,@

Shinta bergegas keluar kamar lewat jendela dengan sangat hati-hati. Namun ia seperti merasakan sedikit kesedihan di dalam hatinya. Shinta akan segera bebas, dan itu artinya dia akan berpisah dengan Reitahwana. Reitahwana pasti menggalau parah jika ia terbangun nanti dan tak melihat Shinta lagi.
Tapi Shinta juga tak ingin diperistri oleh Reitahwana.
‘Kanda Rama, aku akan pulang!’ :’)

Sementara Rukiman kambali mengubah wujudnya menjadi si Kimin lalu menyelinap ke kamar Reitahwana.
Apa yang akan Rukiman lakukan? Grepe-grepe Reitahwana? Ntahlah. Hanya Tuhan, Rukiman, dan supir bajaj yang tau.

=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=T.B.C=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

Makasih banyak yang udah baca ^o^)//

fanfic vistlip UmixYuh ~Eros and Psyche~ (chapter 1)

Title : Love and Soul
Chapter : 1
Genre : fantasy romance semrawut (?)

Fandom : vistlip
Pairing : UmixYuh
Author : Hira Hiraito

Bacotan Author :

Sebenarnya ide ff CupidxPsyche ini udah nongol sebelum aku menuangkan ide ini ke gambar yang pas itu XDa
Awalnya keinginan dibikin ff ini aku cuekkin, tapi pas aplod gambarnya, om Gin minta ff parodinya XD
Akakak… aku ga bisa bikin parodiannya, mau aku melencengin tapi kayaknya ide pelencengan(?) lagi kehabisan stok :v
Yaudin dah, dibikin senemunya aja. Kayak gini aja udah. Mungkin kurang sesuai sama harapan om Gin. Maapin yak~ XDD *sungkem*

Di versi aselinya, Dewa Cinta atau Cupid atau Eros ini NORMAL, kalo di sini dibengkokkin jadi maho karena Psyche yang harusnya cewe di sini perannya diambil sama cowo :v *lirik Yuh di pojokan*
Ah iya, di sini chara2nya campuran, ada yg chara aseli(?) pake dewa Yunani, tapi ada juga yang aku ganti pake J-rocker, ada juga dewa Yunani tapi mirip J-rocker. Ah, ntahlah :v

Oke deh, cekidot~ XD

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Di sebuah negeri dongeng, hiduplah seorang raja berstatus duda yang mempunyai tiga orang putra. Umumnya orang yang punya anak, anak-anaknya pasti dinamain, tapi ini enggak. Bukannya dinamain malah dinomerin.
Nomer 1, Tomo To Soma
Nomer 2, Rui Synaisthimata
Nomer 3, Yuh Psyche
Meski laki-laki, namun mereka dianugerahi wajah manis dan cantik kecuali Tomo *dipentung mic* yang wajahnya masih pantas disebut sebagai laki-laki. Ganteng maksudnya. Ganteng-ganteng tengil.
Yuh, putra termuda adalah yang paling cantik diantara ketiganya. Kecantikan Yuh terkenal hingga ke penjuru negeri, bahkan sampai ke mancanegara. Ppffttt~
Namun, meski dianggap yang paling cantik dan paling populer, sampai fanfic chapter 1 ini tercipta Yuh belum menemukan kebahagiaan yang haqiqi(?). Kedua kakaknya sudah hidup bahagia bersama pasangannya masing-masing. Hanya Yuh seorang yang masih setia bersama kesendiriannya, alias menjones. Eh, menjomblo.
Kecantikan Yuh yang luar biasa itu membuatnya dijauhi oleh banyak wanita. Mereka tidak ingin mendekati Yuh dengan alasan “takut kalah cantik dari Yuh”. Ntah itu antara sirik sama minder bedanya cuma sepermilimeter, yang jelas hal itu menjengkelkan bagi Yuh karena belum juga mendapatkan pasangan hidup.
Di sisi lain, ada banyak lelaki hombreng alias humu yang datang pada Yuh untuk menikahinya. Tapi Yuh selalu menolak karena Yuh adalah seorang laki-laki NORMAL *cetak tebal garis bawah*
Yuh sama seperti laki-laki normal lainnya yang juga menyukai wanita, hanya saja Yuh ditakdirkan mempunyai wajah cantik dengan kadar kecantikan melebihi wanita cantik kelas kakap. Ntah ini merupakan anugerah atau kutukan, yang jelas Yuh merasa hidupnya tidak senormal laki-laki normal pada umumnya.

Suatu ketika, kabar kecantikan Yuh terdengar sampai ke singgasana Uruha Venus, Dewi Cinta yang mendapat predikat sebagai ‘Dewi paling cantik diantara semua dewi’. Uruha murka, karena para pengikutnya dari kaum Adam (yang ‘bengkok’) lebih memilih mendatangi Yuh daripada mendatangi kuil Uruha.
“Dapuq! Bagaimana bisa kecantikan laki-laki seperti Yuh mampu menandingi kecantikanku? Sampai-sampai para pengikutku yang tidak normal lebih senang menemui Yuh daripada mendatangi kuilku! Aku yang sebagai dewi paling cantik kenapa bisa kalah cantik dari manusia biasa, laki-laki pula?” Uruha misuh-misuh pasang tampang ala Nyi Pelet yang menyimpan dendam. Ciieee… dendam Nyi Pelet ciieee…
Seperti biasanya, setiap kali Uruha mengalami masalah, ia selalu meminta bantuan pada anak sematawayangnya, yaitu Eros. Orang-orang Roma memanggilnya dengan sebutan Cupid. Di belahan dunia lain ia disebut sebagai Love atau Cinta. Lain lagi di fanfic ini, kalau di sini dia dipanggil dengan nama BANG UMI *cetak tebal garis bawah*
Kalau ga pake ‘bang’ berapaan mbak?
Yah boleh lah dipanggil Umi Eros atau Umi Cupid atau Umi Love atau Umi Pipik *coret* atau Umi Elvi Sukaesih *coret lagi*. “Umi” saja juga boleh. Seterah apa enaknya!
Umi, putra Uruha Venus, adalah Dewa Cinta yang hobi bermain-main dengan panahnya, memanah hati setiap orang tanpa pandang bulu, membuat mereka yang terkena panahnya akan klepek-klepek terserang virus bernama Ce I eN Te A.

“Aku butuh bantuanmu, Umi” ujar Uruha dengan wajah jutek tapi tetap memancarkan kecantikan khas dewi nya.
“Apapun akan aku lakukan untukmu ibu” senyuman hangat terukir di wajah tampan Umi.
Uruha mengambil sesuatu dari dalam bra nya *hus!!* ya memang Uruha menyimpan sesuatu di sana @,@
Dewi Cinta itu menunjukkan sebuah kartu ke Umi.
“A-apa itu?” Umi memperkecil jarak pandangnya karena dia lagi ga pake kacamata.
“Ini kartu!”
“Kartu apa?”
“Kartu Jakarta Sehat!”
“??”
“Bukan!! Ini Kartu Tanda Penduduk!” Uruha menampol jidat Umi dengan KTP di tangannya.
“KTP? Sejak kapan ibu punya KTP?” satu jitakan mendarat di ubun-ubun Umi.
“Ini bukan punyaku! Lihat baik-baik!!”
Umi mengambil kacamata dari bagasi sayapnya. Pffttt~ sayapnya bang Umi ada semacam bagasi khusus buat naroh kacamata :v
Umi memakai kacamatanya (maklum, burem) dan menyambit KTP dari tangan Uruha kemudian membaca isi KTP itu.
Nama : Yuh Psyche
TTL : Di kerajaan, 28 Juli 1983
Jenis kelamin : Laki-laki
Gol darah : darah suci -_-
Status perkawinan : belum kawin. Kapan bang?
Pekerjaan : Pelemah iman (!?)
Berlaku hingga : hingga kita bersanding di pelaminan. Kapan bang?

Umi terdiam beberapa jenak mencerna isian di kolom “status perkawinan” dan isian kolom paling bawah.
Pandangan Umi lalu tertuju pada foto KTP itu. Seketika Umi terbengong melihat keindahan wajah si pemilik KTP. Mata yang sedikit sayu, hidungnya yang indah, bibir mungil yang naik turun kayak bukit Teletabis, dan kulitnya yang putih cerah berseri kayak lampu neon hajatan. Rambut panjang dengan kriwil-kriwil(?) di bagian ujungnya memperkuat kesan anggun dalam dirinya dan membuat setiap orang bahkan dewa yang melihatnya lupa bahwa ia adalah seorang laki-laki. Satu lagi detail yang menyempurnakan kecantikan Yuh, yaitu sebuah tato kupu-kupu hinggap di leher jenjangnya.
“Emejing!” bisik Umi pada dirinya sendiri. Ia melepas kacamatanya, memandangi foto KTP Yuh, lalu kembali mengenakan kacamata dan masih memandangi foto itu. Umi tersenyum “Bahkan kecantikannya mampu melumpuhkan keburaman penglihatanku.”
Plakk!!
Satu geplakan mendarat di kepala Umi “Ngomong apa barusan?” rupanya Uruha mendengar pujian yang dilontarkan Umi untuk Yuh.
“Tidak ada” takut kena geplak lagi, Umi mengalihkan pandangannya dari KTP Yuh.
“Siniin!” Uruha merebut paksa KTP itu dari tangan Umi.
“Ibu dapat dari mana benda seperti itu?” tanya Umi heran.
“Tidak penting dari mana aku mendapatkannya” ah iya ya, author juga ga tau Uruha dapetin KTP Yuh itu dari mana. Aneh @,@

“Dia adalah putra dari seorang raja. Belakangan dia jadi terkenal karena fotonya tersebar di dunia maya. Dia terkenal karena kecantikan luar biasa yang tidak pantas dimiliki oleh kaum Adam. Tapi kecantikannya itu membuatku muak!! Para pengikutku bla bla bla~” Uruha curhat ke Umi sampe bulu-bulu sayap Umi pada rontok saking boringnya. Untung bulu ketek sama bulu matanya ga ikutan rontok.
Uruha bercerita panjang lebar hingga pada intinya ia meminta bantuan Umi sang Dewa Cinta untuk membuat Yuh menderita. Uruha ingin Yuh dijauhi oleh para penggemarnya dan Uruha meminta Umi untuk membuat Yuh jatuh cinta pada wanita paling hina di muka bumi ini.
Sungguh, baru kali ini Umi merasa sedikit keberatan memenuhi permintaan sang ibu. Namun sebagai anak soleh yang berbakti dan sayang emak, Umi pun menyanggupinya.
Di mulut doank sih bilang “iya”, tapi kita lihat aja nanti :v
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aurora sang Dewi Fajar mulai menyapa bumi. Waktunya telah tiba bagi Umi untuk menjalankan misinya.
“Pergilah, Umi! Hancurkan Yuh Psyche yang kurang ajar itu!”
“Siap, mak!” balas Umi lantang.
Umi bersiap meninggalkan istana langitnya untuk turun ke bumi. Tapi sebelum itu…
“Kenapa balik lagi?” tanya Uruha heran.
“Mak, minta ongkos!” tangan Umi menengadah layaknya seorang anak sekolahan yang lagi malakin adek kelasnya.
“Cepat pergi atau sayap-sayapmu aku patahkan!” gertak Uruha.
Sukses, Umi langsung ngacir tanpa permisi.

Dari semalam rupanya sayap Umi udah di-charge sampe full biar bisa ngebut sampe ke kerajaan Yuh. Kerajaan babehnya Yuh maksudnya.
Umi termasuk beruntung, karena sayapnya tidak membutuhkan bahan bakar minyak, jadi di kala BBM sedang langka begini dan harga BBM melambung tinggi, Umi masih bisa terbang melenggang(?) di angkasa dengan bebas tanpa beban.

Tak butuh waktu lama, akhirnya Umi sampai juga di tempat yang dituju.
Umi melakukan landing di tempat yang tepat! (saia jadi mikir, Umi ini sebenarnya Dewa Cinta apa Cumi-cumi Airline sih?)

Umi bersembunyi di belakang pot kembang yang menghiasi taman kecil di belakang kerajaan Yuh. Sebenarnya tanpa bersembunyi pun, orang-orang biasa tidak akan bisa melihat wujud Umi yang berstatus sebagai dewa. Kecuali jika Umi menghendaki.
Tapi ya… buat pantes-pantes aja sih biar keliatan kayak yang lagi stalkerin orang.
Umi celingukan “Mana si Yuh? Jam segini apa dia masih molor?”
Umur panjang! Baru disebut namanya, Yuh tau-tau nongol dari dalam rumahnya. Iya masa nongol dari lubang hidung Umi?

Yuh berjalan ke taman dengan membawa air untuk melakukan kegiatan rutinnya, yaitu menyiram tanaman kembang \\(^o^)//
Walaupun Yuh ini seorang laki-laki, tapi Yuh suka sekali sama bunga-bungaan atau kembang-kembangan. Kembang favoritnya adalah kembang pasir. Salah! Maksudnya… kembang Adonis, yang menurut legenda Yunani dia adalah bebebnya sang Dewi Cinta Aphrodit/Venus.
Yuh berjalan mendekati bunga-bunga Adonis kesukaannya, tersenyum seolah menyapa “Selamat pagi~” lalu menyiramnya dengan penuh kasih sayang.
Sementara sang Dewa Cinta yang sejak tadi ndelesep(?) di belakang pot bunga tembelek hanya bisa tercengang memandangi Yuh dari dekat. Keempat matanya (mata aseli sama kacamata) tak mau berkedip seolah tidak ingin kehilangan waktu sedetik pun untuk menikmati keindahan Yuh.
‘Lelaki itu kah yang disebut sebagai Yuh? Dia itu… manusia atau dewa? Ah, maksudku dia itu manusia atau dewi?’ hati Umi ngobrol sendiri.
Umi kembali melihat KTP Yuh (semalem dapet nyolong dari tempat KTP itu disimpen sama emaknya), memastikan sosok cantik di hadapannya itu adalah si pemilik KTP.
‘Tidak salah lagi!’
Umi tersenyum sekaligus blushing sampe kuping. Jantungnya berdegup kencang. Perasaan apa ini?
Apakah ini perasaan yang selalu orang-orang rasakan setiap kali Umi memanah hati mereka dengan panah cintanya?
Dan sekarang Umi serasa menancapkan panah itu ke hatinya sendiri.
Ketika pertama kali melihat foto KTP Yuh, Umi seolah telah siap melepaskan satu anak panahnya, dan setelah melihat wujud Yuh dalam bentuk yang nyata (?) panah itu ia lepas dan melesat menancap tepat di hati Umi. Ciieee… Umi Eros demen cowo ciieee…

Yuh masih asik menyiram bunga-bunga di tamannya. Ia sama sekali tak merasakan ada sesuatu yang sedang mengamatinya.
Jaraknya semakin dekat dengan Umi, namun sosok Umi tak terlihat oleh mata Yuh. Iya lah, dewa.
Dari tanaman satu ke tanaman lain, dari pot satu ke pot lain, hingga Yuh sampai pada pot bunga tembelek di mana Umi masih memperhatikan Yuh di tempat itu.
Jleb!
Yuh berdiri tepat di depan Umi sekarang. Sumpah, Umi kebelet ingin mengganti kacamatanya dengan kacamata hitam! Ia tidak sanggup menahan kilau keindahan Yuh yang menyilaukan mata.
Silau, men! (//o\\)
Sorotan lembut matanya, wajah yang mulus berseri, dan bibir yang menggoda itu… Umi ingin menyentuhnya.
Umi tersenyum, mengulurkan tangannya untuk meraih Yuh namun urung ketika melihat ekspresi terkejut di wajah Yuh.
“Eh?” Yuh dikejutkan dengan kehadiran seekor kupu-kupu cantik yang mendekati bunga tembelek di depannya. Ah, si kupu-kupu! Ga ada bunga yang bagusan dikit apah? -_-
Yuh tersenyum melihat kupu-kupu itu terbang mondar-mandir kayak yang lagi caper.
Jleb! Jleb! Jleb!
Panah cinta Umi menghujam hatinya 1000 kali lebih dalam saat Yuh tersenyum. Baru kali ini Umi melihat senyuman seindah itu. Bibir seksi ala bukit Teletabis itu terlihat lebih asdfghjklmnbvc~

“Yah… kupu-kupunya pergi” lengkungan senyum itu menghilang ketika kupu-kupu cantik itu terbang menjauh. Mungkin ga tahan lama-lama di dekat bunga tembelek *lirik Umi* #salah
“Tak apa Yuh, kupu-kupu yang hinggap permanen di leher jenjangmu itu jauh lebih indah!” bisik Umi tepat di telinga Yuh.
“Heh! Siapa itu?” reflek, Yuh menjatuhkan tempat air di tangannya. Suara itu terdengar oleh Yuh, membuatnya terkejut parah sekaligus ketakutan.
Sementara Umi yang tak terlihat hanya cengar-cengir ala kadarnya. Ia berada dekat di samping Yuh sekarang. Bahkan jemarinya sempat mencolek(?) genit dagu Yuh.
Yuh celingukan mencari pemilik suara tersebut, tapi ia tak menemukan seorangpun. Di taman kecil itu hanya ada Yuh dan tanaman-tanaman bunganya. Dan Umi, hanya jika Yuh bisa melihat sosok tampan bersayap itu.

Umi mengambil satu anak panahnya, ia bersiap memanah hati Yuh dengan maksud supaya Yuh tidak bisa jatuh cinta pada seorang wanita pun, dengan kata lain Umi menjadikan Yuh yang tadinya laki-laki normal menjadi laki-laki ‘bengkok’ alias humu.
Dan Umi membuatnya tidak dapat dicintai oleh laki-laki atau wanita manapun. Mereka yang mengagumi Yuh hanya dapat mengagumi tanpa mencintainya apalagi ngajakkin nikah.
Jleb!
‘Tepat! Kau menjadi maho sekarang!’ Umi tersenyum bahagia, merasa pintu kesempatan mendapatkan Yuh terbuka lebar untuknya.
Sementara Yuh yang baru saja kehilangan kenormalannya belum merasakan perubahan apapun dalam dirinya.

Iseng, Umi meniup-niup lembut telinga Yuh. Yuh semakin ketakutan merasakan keanehan-keanehan itu. Ia pun bergegas meninggalkan taman.
Dan bang Umi girang sendirian.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Suatu hari, ayah Yuh mendatangi Hyde si peramal tokcer(?) dari Delfi. Rupanya sang raja prihatin dengan nasib putra ketiganya yang tak kunjung mendapatkan jodoh padahal usia Yuh sudah cukup untuk membina rumah tangga. Memang sih, ayahnya memungkiri kecantikan Yuh, sang ayah bilang Yuh itu ganteng, bukan cantik, tapi kalau ganteng udah pasti cewe-cewe pada nempel. Ini enggak @,@
Yang ada malah cowo-cowo bengkok yang pada rebutin Yuh, tapi mana mau sang raja punya mantu maho? Daripada sama cowo mending Yuh jomblo seumur hidup gitu kata ayahnya.
Kekhawatiran sang raja semakin parah ketika mulai menyadari ada yang aneh pada diri Yuh. Biasanya Yuh suka caper depan cewe-cewe cantik yang lewat depan kerajaan, malahan kadang kalo lagi kurang kerjaan Yuh suka godain pelayan kerajaan. Ga apa-apa deh selama ga godain istri orang -_-)
Tapi sekarang beda! Yuh jadi dingin ke cewe-cewe. Pelayan di kerajaan juga dia cuekkin, dan Yuh lebih suka berdiam diri di kamar sambil nonton video live band-band kesukaan dia, kadang juga nonton dorama (dorama BL), terus belakangan ayahnya Yuh mergokin Yuh baca manga yaoi. Nah lo~
Sang raja jadi makin khawatir, makanya nyamperin master Hyde sang peramal buat meramalkan jodoh Yuh. Raja pingin tau siapa jodoh Yuh sebenarnya, biar langsung tepat sasaran dan ga perlu buang-buang waktu buat nunggu.

“Putramu ditakdirkan untuk menjadi suami Ekhidna, monster wanita ular yang akan menjadi ibu para monster di masa depan. Ia menginginkan kecantikan Yuh untuk menambah kesaktiannya. Jika Yuh menghindari takdirnya, maka ia dan seluruh anggota keluarganya akan mengalami penderitaan sepanjang hidup” penjelasan master Hyde membuat sang raja serasa terkena serangan jantung dadakan. Ia tak menyangka putranya yang dipuja banyak orang ternyata mempunyai takdir seburuk itu.

“Pergilah ke puncak sebuah bukit berbatu, tinggalkan putramu seorang diri! Ekhidna menunggunya di sana” begitulah pesan terakhir master Hyde sebelum sang raja pamit pulang saking ga kuat membayangkan gimana dia harus korbanin anaknya yang penurut itu.

Sang raja kembali ke kerajaan dengan membawa sebaskom air matanya *hah lebai*
Ia lalu menceritakan isi ramalan master Hyde dengan berat hati.
Yuh hanya bisa pasrah menerima takdirnya. Yuh tidak ingin ayah tercinta dan kedua kakaknya menjadi korban pembangkangan Yuh atas takdirnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dini hari sebelum mentari menampakkan wujudnya, sang raja, Tomo, dan Rui mengantarkan Yuh ke puncak bukit berbatu. Sungguh mereka merasa seperti akan membunuh Yuh.
“Maafkan kami, Yuh” Tomo memeluk adik tersayangnya erat seolah tak ingin melepasnya. Ntah kapan monster wanita mengerikan itu akan memangsa Yuh. Namun cepat atau lambat, mereka akan benar-benar kehilangan Yuh setelah mereka meninggalkan Yuh sendirian di puncak bukit.
“Aku sangat menyayangimu, Yuh” Rui membelai lembut kepala Yuh, air matanya tak dapat memaksa untuk terus bersembunyi.
Sementara sang ayah hanya bisa menangisi putra malangnya itu tanpa berkata apapun.

“Aku sudah menerimanya dengan ikhlas. Ini memang takdirku. Ayah, kakak, aku sangat menyayangi kalian.” :’)

Sebelum matahari pagi terlihat, sang raja, Tomo, dan Rui kembali ke kerajaan, meninggalkan Yuh di puncak bukit sendirian.
Sekarang Yuh hanya menunggu takdirnya, mempersiapkan diri untuk bertemu dengan calon istri yang akan memangsanya jika waktu itu telah tiba suatu saat nanti.

Tunggu saja chapter depan XD

=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=T-B-C=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=

umiyuh

the GazettE fanfic _ RAMAYANA (chapter 1)

Title       : Ramayana Abal-abal 
Chapter : 1 
Pairing   : AoixUruha, ReitaxUruha 
Genre    : romance, fantasy, gaje, amburegul 
Author     : Leo Senri Vieleofitria Rizky feat. Hira Hiraito *ciiee ff kolab ciieee*

Ini ff kolab bareng Leochuu. Idenya Leochuu yang nemu XD
Maaf sekali ya sebelumnya, kita ga ada maksud mengacaukan atau merusak budaya pewayangan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
FF ini cuma niat buat hiburan doank, jadi cerita sama charanya dipleset-plesetin. Bahasa kasarnya… dirusak :v
Maaf ya, sekali lagi ini ga maksud ngerusak budaya sendiri loh XD

Ok deh,
Selamat menikmati~ :3

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dikisahkan seorang raja dari negeri Mantili bernama Prabu Tora Janai Yo! Pfftt~ maksudnya Prabu Tora Janaka, mempunyai putri nan cantik jelita bernama Dewi Takashinta Kouyou atau akrab dipanggil Dewi Shinta.
Dewi Shinta ini memang kecantikannya luar biasa, tapi masih jombelo. Maklum, sebagai tuan puteri yang termasuk limited edition, Dewi Shinta amat sangat dijaga oleh ayahnya. Ga boleh sembarangan cowo macarin Shinta.
Padahal sudah banyak pangeran yang datang mendaftar untuk melamar Dewi Shinta, tapi Prabu Tora selalu menolaknya. Eh ini yg dilamar siapa yg nolak siapa.
Yah begitu lah, pokoknya Prabu Tora ga mau anak perawan satu-satunya itu dapet suami yang kurang tepat. Ntah tipe lelaki seperti apa yg cocok untuk Dewi Shinta menurut Prabu Tora. Padahal yg datang melamar itu semuanya dari kaum darah biru, tidak ada satu pun dari mereka yg dari kaum umum (umumnya orang kan darahnya merah).
Ah, pangeran-pangeran aja pada ditolak ya, apalagi kalo yg ngelamar gitaris band atau tukang betot bass, haha… belum nyampe depan istana mungkin udah ditendang.

Suatu ketika, sang Prabu menggalau sendirian, memikirkan masa depan negeri Mantili semisal beliau sudah pensiun dari jabatannya sebagai raja.
“Sudah saatnya Shinta menikah lalu mempunyai keturunan. Tapi…” lagi-lagi Prabu Tora bingung harus berbuat apa untuk mendapatkan calon suami yang cocok untuk putrinya.
Bibit unggul untuk mencetak produk cucu berkualitas itu, harus nyari di mana?
Di tengah kebingungannya, Dewi Sagawati sang istri tercinta mendapat wangsit(?). Pfftt~ kayak mau bikin ff aja pake wangsit.
Dewi Sagawati meminta kakanda Tora nya mengadakan event sayembara untuk mendapatkan calon menantu yang berkualitas tinggi.
Prabu Tora pun setuju. Segera ia membicarakan tentang rencana sayembara itu ke Dewi Shinta.

Prabu Tora dan Dewi Sagawati mendatangi putri cantiknya yang tengah asik meni pedi sambil twitteran di taman belakang.
Melihat kedatangan kedua orang tuanya, Dewi Shinta menghentikan aktifitasnya seketika. Tab yang dia pake buat twitteran dia selesepin dulu di kemben. Bisa mampus kalo sampe romo sama mamihnya tau selama ini Shinta punya akun twitter. Betewe apaan sih, masa manggilnya Romo sama Mamih? Ya udah deh biarin asal Shinta bahagia.

Prabu Tora duduk di samping putrinya. Dan tanpa basa basi karena kelamaan, sang Prabu langsung mengutarakan maksud hatinya “Shinta sayang, ada yang ingin romo bicarakan. Ini tentang… calon pendampingmu.”
“Ada apa romo? Apa romo sudah menemukan orang yang tepat?” tanya Shinta.
“Nah, itu dia! Masalahnya sampai sekarang romo belum menemukannya. Tadi pagi sih ada, seorang pemuda dari negeri Gajet datang melamar. Tapi langsung romo tolak mentah-mentah karena ternyata dia adalah seorang gitaris. Romo tidak ingin punya menantu anak band.”
“Terus?”
“Shinta, kau adalah seorang putri raja yang high quality, limited edition, tentunya kau harus punya pasangan yang setara denganmu. Juga supaya nantinya kau dan suamimu menghasilkan produk dengan kualitas super high quality untuk meneruskan tahta kerajaan jika romo pensiun nanti.”
“So?”
“So, romo akan mengadakan sayembara untuk menemukan pasangan yang tepat untukmu.”
“Sayembara?”
“Ya. Bagaimana? Shinta setuju kan?”
“……” Dewi Shinta terdiam beberapa jenak.
“Pasti setuju donk? Iya lah, setuju aja!” desak Dewi Sagawati.
Karena Shinta adalah anak penurut, ditambah desakan dari sang mamih, ia pun meng-iya-kan permintaan romo mamihnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hari itu, kerajaan Prabu Tora terlihat penuh sesak oleh lautan manusia. Bukan acara bagi-bagi sembako bagi rakyat yang ngakunya jelata, bukan penemuan cicak dengan ekor bercabang, bukan juga lomba makan kelereng dalam rangka 17 Agustusan, tapi hari itu kerajaan Mantili sedang menyebarkan pengumuman event sayembara pencarian bakat. Bukan, tapi sayembara untuk menemukan pendamping hidup buat Dewi Shinta.

Sayembara yang akan diadakan lumayan ekstrim. Peserta harus dapat menangkap ikan gurame di empang Banyu Butek sebanyak-banyaknya.
Semua orang tau, empang Banyu Butek adalah empang terlarang yang terletak di kaki gunung yang ga ada namanya. Saia bingung mau ngasih nama apa ke gunung itu.
Empang Banyu Butek dijaga oleh seekor ikan lele raksasa yang tidak bisa dianggap remeh. Ia mempunyai kumis pamungkas yang jika dipotong, kumis itu malah akan bertambah. Mirip seperti kepala Hydra di mitologi Yunani *ciieee nyontek* XD
Untuk mendapatkan banyak ikan gurame di empang Banyu Butek, peserta harus mampu mengalahkan ikan lele raksasa.

“Pendamping hidup berkualitas tinggi dengan menangkap ikan gurame dan mengalahkan raksasa? Kualitas tinggi menurut romo itu seperti apa sih memangnya?” diam-diam Dewi Shinta mikir begitu.
Meskipun mungkin kurang nyambung, tapi Dewi Shinta tetap menerima keputusan romonya itu dengan legowo. Ia sangat patuh dan percaya pada romo tersayangnya. Apapun yang romonya lakukan pasti itu lah yang terbaik. Iye kali.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Esok paginya, sayembara dimulai. Peserta pertama berasal dari negeri sebelah. Masa negeri cuma sebelah?
Pemuda tampan bernama Amanodiningrat, dengan berbekal busur panah sakti warisan mbah kakungnya, pemuda yang sangat mirip dengan Prabu Tora itu sepertinya sudah siap mental untuk berhadapan dengan maut.
Terlihat ia berjalan dengan gagah menuju empang Banyu Butek yang jika dilihat dari jauh saja aura ‘neraka’nya sudah terbaca.
Dari atas bukit yang cukup jauh dari empang Banyu Butek, Prabu Tora, Patih Kai, para pengawalnya dan seluruh peserta menyaksikan acara sayembara yang ditayangkan live itu. Mereka rame-rame nonton pake layar gede serasa nonton bareng acara piala dunia.
Dewi Shinta dan Dewi Sagawati yang menunggu di kerajaan pun tetap bisa menyaksikan acara sayembara itu melalui live streaming. Ngokk~

Kamera sudah dipasang di setiap sudut arena empang untuk memantau keadaan.
Sementara Amanodiningrat semakin dekat dengan ajalnya. Eh, semakin dekat dengan empang maksudnya.
Namun jika diperhatikan melalui layar, ia terlihat gugup. Keringat dingin bercucuran, langkahnya terasa semakin berat, wajahnya pucat. Jangankan dia sendiri, busur panahnya aja langsung letoy. Duh, kayaknya ga bisa diharapkan nih.
Benar saja, belum sampai kakinya nyemplung di empang, Amanodiningrat udah keburu ngacir duluan. Dia ga bisa bayangin, segede apa lele raksasa penunggu empang itu.

Semua penonton tak terkecuali Prabu Tora tepuk jidat rame-rame. Ternyata ketampanan Amanodiningrat bukan apa-apa jika dibandingkan dengan mentalnya.
Lanjut ke peserta berikutnya. Seorang putra raja dari negeri sebelah negeri sebelahnya negeri Mantili *hayo lo* bernama pangeran Yoshikirman.
Namun sayang, sebelum melangkahkan kaki menuju medan perang (?) pangeran Yoshikirman sudah keburu dicegah oleh Prabu Tora dan langsung didiskualifikasi.
Alasannya karena pangeran Yoshikirman dianggap sudah kadaluwarsa. Alias terlalu tuwir, terlalu tuwa untuk mengikuti sayembara ini. Padahal belum tentu menang juga sih, tapi buat jaga-jaga takutnya Yoshikirman menang. Prabu Tora tidak ingin punya menantu perjaka lapuk. Masa iya mantu sama mertua tuaan mantunya?
Akhirnya dengan berat hati dan sakit hati, pangeran Yoshikirman enyah dari arena sayembara lalu pulang ke negerinya. Sepanjang perjalanan dia ngedumel “Sialan! Emang jones kagak boleh ikutan sayembara begituan? Anjir tuh si raja macan, mentang-mentang aku ini perjaka lapuk, main dibuang gitu aja”, kira-kira semacam itu ngedumelnya.
2 peserta gugur!
“Berikutnya…” salah satu pengawal Prabu Tora bersiap menyebutkan nama peserta ke tiga. Tapi belum sempat disebutin, peserta ke 3 udah lambai-lambai tangan duluan. Katanya ga kuat mental. Belum siap mati, masih banyak dosa dan banyak hutang. Akhirnya peserta ke tiga mengundurkan diri.
Selanjutnya, seorang pemuda yang mengaku bangsawan dari negeri tetangga jauhnya negeri Mantili. Maksudnya gini loh, negeri Mantili kan punya negeri tetangga sebelah, nah itu di sebelahnya negeri sebelah ada negeri lagi, terus di sebelahnya negeri sebelah negeri sebelahnya Mantili ada negeri lagi, di sebelahnya masih ada negeri lagi, nah di sebelahnya negeri itu. Dia berasal dari sana. Ga penting sih tapi.
Pemuda itu bernama Miyavimanyu. Dilihat dari gayanya sih cukup meyakinkan. Tampangnya juga keliatan pemberani.
Panitia(?) sayembara memberi perintah pada Miyavimanyu untuk segera berangkat menuju empang Banyu Butek, tapi sebelum itu Miyavimanyu bertanya ke patih Kai yang mendapat tugas sebagai salah satu panitia, “Patih Kai, itu empang kira-kira dalamnya berapa meter?”
“Kau tanyakan saja pada lele raksasa yang bergoyang!”
“Yah…” (._.)
“Memangnya ada apa?” tanya sang patih.
“Kalau cetek sih tidak apa-apa. Tapi kalau kedalaman empang itu melebihi dalamnya cintaku ke Dewi Shinta, apa aku bisa lulus sayembara ini? Masalahnya… aku tidak bisa berenang!” (._.)
Patih Kai njungkel. Prabu Tora juga sebenernya ga tahan pingin ikutan njungkel, tapi jaim.
“Kalau tidak bisa berenang kenapa nekat mengikuti sayembara?” mas patih menoyor Miyavimanyu 3X sebelum menyatakan bahwa Miyavimanyu didiskualifikasi karena dianggap tidak memenuhi kriteria peserta.

Peserta demi peserta telah berlalu dan gugur dengan cara mereka masing-masing.
Hingga tersisa lah satu peserta terakhir yang sejak tadi terlihat tenang di tempatnya.
Pemuda tampan, bertubuh tinggi tegak, gagah, bermata onyx dan berbibir… bilang aja ‘sexy’. Dadanya terlihat kotak-kotak bidang. Di belakangnya menemplok(?) seperangkat busur panah dan sebuah keris terselip di antara pakaian dan pinggangnya. Dia terlihat lebih siap tempur dibanding peserta-peserta lain yang udah wassalam duluan.

“Siapa namamu, wahai pemuda?” tanya Prabu Tora yang sepertinya menaruh harapan besar pada peserta sisaan itu.
“Namaku… Prabu Tora mau tau?”
“Mau!”
“Mau tau aja apa mau tau banget?”
“Mau tau aja deh, nanti kalo mau tau banget disangka kepo.”
“Baiklah. Namaku Raden ShiroRama Yuu, biasa dipanggil Raden Rama, atau Rama saja juga boleh.”
“Kau berasal dari mana?”
“Aku berasal dari keluarga baik-baik, Parbu.”
“Bukan! Negerinya!”
“Oh, aku berasal dari negeri Ayodya.”
“Hmm… begitu? Punya akun twitter?”
“Tidak, Prabu.”
“Bagus! Aku tidak suka putriku twitteran, jadi aku juga tidak mau calon suaminya punya akun twitter, nanti putriku ketularan.”
“Tapi kalau akun facebook aku punya, Prabu.”
“Ya sudah tidak apa-apa.” *heeeeh~*
“Pin BBM juga ada. Prabu mau pin BBM punyaku?”
“Boleh, tapi aku tidak punya hempon.”
“Duh!” (//_-)
“Mmm… bagaimana, ibumu sehat?”
“Mmm… maaf Prabu, katanya Prabu cukup mau tau aja, kenapa malah kepo?” Raden Rama lama-lama empet sama si Prabu. Belio itu arahnya kemana yak?
“Oh! Hoho… iya ya?” aduh, Prabu Tor! ~_~

Setelah selesai interview, baru lah Rama dipersilahkan untuk mulai beraksi.
Rama pergi menuju empang dengan langkah tenang namun pasti. Pasti nyampe maksudnya.
Tuh kan, bener? Sampai lah Rama di tepi empang Banyu Butek.
“Hey, lele tengik!” panggil Rama nantangin.
Blutuk blutuk blutuk~
Seketika, munculah gelembung-gelembung dari tengah empang. Rama mengambil satu anak panahnya, bersiap memanah si lele.
Brrrr~
Seekor ikan lele raksasa menampakkan wujudnya ke permukaan, salah satu kumisnya terulur(?) dan siap menyapa Rama dengan sabetannya. Namun dengan sigap Rama mengelak lalu melepaskan anak panahnya ke arah si lele.
Panah Rama menancap di bagian kepala lele itu, tapi bagi si lele, itu hanya semacam cubitan kecil.
Duh, Rama lupa. Harusnya tadi pake password buat aktifin racun mematikan di dalam anak panahnya.
Sementara itu, kumis-kumis si lele semakin liar seolah ingin melilit tubuh kekar Rama lalu meremukkannya.
Rama mengambil anak panah yang ke dua. Kali ini Rama tidak lupa mengucapkan password “*********************” (ga usah mikir keras password nya apa)
Racun mematikan di dalam anak panah itu mulai aktif. Rama lalu melepaskan panahnya.
Jleb!!
Panah itu tepat mengenai mata kiri si lele. Lele itu sedikit klepek-klepek kesakitan, membuat kumis-kumisnya meronta(?) tak terkendali dan hampir menyambar Rama. Duh, ini kalimatnya bisa dibenerin dikit ga sih?

Rama memiliki celah untuk terjun ke empang agar bisa menyerang lele itu lebih dekat.
Pemuda Ayodya itu menyeburkan diri ke empang dan langsung menyerang lele raksasa itu dengan serangan panah bertubi-tubi.
Si lele semakin tak berkutik, racun panah Rama dengan cepat melumpuhkannya. Dan biar greget, Rama mengambil anak panahnya lagi untuk ia tancapkan di mata kanan si lele. Biar matanya si lele ga tinggal sebelah, ntar takutnya disangka pengikut illuminati. Mata satu vroh :v
Tubuh lele itu memang semakin melemah, tapi kumis-kumisnya masih saja berusaha menyerang Rama. Sepertinya kumis-kumis si lele memang punya nyawa sendiri.
Rama tau, kumis-kumis itu tidak dapat ditebas begitu saja karena jika ditebas justru akan semakin bertambah. Makin nyabang.
Melumpuhkan kumis-kumis itu dengan panahnya pun sepertinya tidak akan berhasil.
Tapi tenang! Rama masih punya senjata lain.

Rama kemudian mengambil sebilah keris sakti buatan Empu Gondrong yang diberi nama Keris Dayanti.
Dengan penuh keberanian dan kenekatan, Rama menusukkan Keris Dayanti ke kepala si lele.
Efek-efek sinar menyilaukan ala film laga muncul. Prabu Tora dan para pengawalnya yang lagi nonton bareng pun bisa melihatnya.
Ajaib (ceritanya), dengan hanya menancapkan keris Dayanti berulang kali ke kepala si lele, kepala lele itu terbelah, tercerai berai dari tubuhnya.
Kumis-kumisnya pun kini hanya bisa melambai-lambai seolah mengucapkan selamat tinggal.
Lele raksasa itu tumbang, lenyap ditelan empang. Rama tersenyum lega, akhirnya dia bisa mengalahkan lele itu dengan cukup mudah.

Tak ingin buang waktu, Rama segera mengeluarkan jala sakti pemberian Prabu NAOtonegoro untuk menangkap ikan gurame di empang sebanyak-banyaknya sesuai isi sayembara.
Rama tak butuh waktu lama. Karena ternyata Rama ini titisan Dewa Gurame, Rama cuma perlu memberi semacam kode ke ikan-ikan gurame itu biar mereka masuk ke jala sakti Rama. Haha… mana ada Dewa Gurame XD
Tapi memang terbukti, nyatanya ikan-ikan gurame di empang pada ngumpul ke jala saktinya Rama.
Dan berhasil! Rama telah mengalahkan lele raksasa penunggu empang dan menangkap ikan gurame sebanyak-banyaknya dengan cara penuh sakti-saktian.
Asik ya, apa-apa disaktiin, dibikin ajaib biar gampang. Yah namanya juga ff fantasy gaje XD *melipir*
Pokoknya gimana caranya biar si Rama menang terus bisa dapet Shinta :v

Seluruh rakyat negeri Mantili menyambut hangat kepulangan Prabu Tora dengan menggondol(?) seonggok calon mantu yang telah berhasil memenangkan sayembara.
Para wanita berbaris di depan gerbang kerajaan Mantili dengan menebar bunga-bunga untuk menyambut sang Prabu dan calon menantunya, Shirorama Yuu.
Pluk!
Eh, ada yang nimpuk telor. Ah, itu pasti orang yang sirik sama Rama >,<
Abaikan!

Sampailah Prabu Tora dan Rama di depan pintu kerajaan. Prabu Tora turun dari kudanya yang seharga 2 milyar *bah!* disusul Rama dan para pengawal sang Prabu.
Dewi Sagawati yang sudah sejak tadi menanti kepulangan kakandanya segera menyambutnya dengan sebuah pelukan hangat ke Rama. Eee~ salah, salah! Salah sasaran. Maksudnya mau meluk kakanda Tora. Duh, permaisuri genit, ga boleh liat brondong beningan dikit -_-
“Kemana Shinta?” tanya Prabu Tora pake celingukan.
“Ah, Shinta di dalam, sepertinya masih malu-malu. Tapi mau kok.”
“Shinta~” panggil sang Prabu lembut.
Kemudian munculah sesosok gadis cantik jelita anggun mempesona dari balik pintu kerajaan. Oh, ternyata Shinta daritadi ngumpet di belakang pintu.
“Iya, romo” dengan suara lembut khas putri raja, Shinta membalas panggilan romonya lalu berjalan mendekati Prabu Tora dan Dewi Sagawati.
“Romo sudah temukan calon suamimu” Prabu Tora menoleh ke belakang menatap Rama yang rupanya sudah blushing parah sejak kemunculan Shinta dari balik pintu. “Dia Rama, sosok pemberani yang telah memenangkan sayembara. Dia berhak menjadi pendampingmu, Shinta.”
Shinta seolah mengabaikan perkataan romonya, ia lebih fokus ke pemuda tampan di depannya yang sekarang sedang mematung terpesona melihat kecantikan Shinta.
Ciieee tatap-tatapan ciieee~

‘Apakah dia jelmaan bidadari?’ itu lah yang ada di pikiran Rama ketika melihat Shinta.
Gadis itu terlihat sempurna di matanya.
Tubuh tinggi, kulitnya yang putih mulus, mata sayu dengan tatapan lembut, hidung yang indah, dan bibir bergelombang(?) yang semakin terlihat menggoda saat tersenyum, semua keindahan itu dibingkai oleh rambut hitam panjangnya yang terurai.

Prabu Tora lalu menyuruh Rama dan Shinta buat pedekate sebentar.
Gitu-gitu juga Prabu Tora ga mau buru-buru nikahin anaknya sama Rama.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Setelah kurang lebih satu minggu pedekate, Shinta bersedia menerima keputusan sang romo menikahkannya dengan Rama.
Kemudian Rama dan Shinta menikah.
Mereka pun hidup bahagia.

Tapi cerita belum selesai sampai di sini. Baru juga chapter 1.

Tak selamanya kebahagiaan menyelimuti kerajaan Mantili, khususnya rumah tangga Rama dan Shinta.
Kira-kira cobaan apa yang akan menimpa keutuhan rumah tangga RamaxShinta?

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Alayka, sebuah negeri yang cukup jauh dari Mantili, di sana terdapat kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja ceking bernama Reitahwana. (kalo ga pake ‘ceking’ berapaan mbak?)
Reitahwana adalah seorang yang sakti dan dibekali kemudaan kekal. Sebenarnya, usia Reitahwana sudah mencapai 150 tahun, tapi body dan wajahnya tetep segitu-segitu aja. Namun, keawetmudaan yang dimilikinya tidak membuatnya hidup bahagia.
Reitahwana ini bisa dibilang raja galau. Karena sejak kematian istrinya kira-kira 100 tahun lalu, ia dirundung kegalauan mendalam yang tak berujung.
Istrinya bernama Dewi Uruha telah mati terbunuh oleh Awo Angkasa *nama macam apa ini?* ketika Reitahwana tengah terlibat pertikaian dengan Awo Angkasa yang saat itu nekat ingin membawa paksa Dewi Uruha untuk menikahinya.
Sejak itu lah, Reitahwana menggalau sepanjang hari karena kehilangan sosok yang amat sangat ia cintai.
Bayangkan, 100 tahun Reitahwana hidup tanpa didampingi seorang istri, pasti dia bete parah karna ga dapet jatah, makanya dia galau terus :v *dijotos*

Ah, ada satu rahasia besar yang dimiliki Reitahwana. Yaitu noseband yang selalu setia membalut hidung misteriusnya sejak fanfic ini belum dibikin.
Ada apa dengan noseband itu?
Temukan jawabannya di chapter terakhir XD
(pasti ntar ada yang nebak-nebak di komenan dah) :v *batin author*

Suatu ketika, Reitahwana mendapat wangsit(?) melalui mimpinya. Dalam mimpi itu, Reitahwana didatangi oleh kakek-kakek berpakaian serba putih yang memberi kabar burung bahwa di negeri Mantili hiduplah seorang putri raja yang merupakan titisan Dewi Uruha.
Putri itu bernama Takashinta Kouyou atau Dewi Shinta, anak dari seorang raja bernama Tora Janaka dan Dewi Sagawati. Ia bersuamikan seorang pemuda sakti pemberani, Raden Rama.

Awalnya Reitahwana menganggap mimpi itu hanya sebagai kembang tidur belaka, tapi sejak itu ia selalu diliputi rasa gelisah, pikirannya tak tenang. Jika memang benar Dewi Shinta itu titisan Dewi Uruha, istri tercintanya yang telah lama pergi, ia harus bisa mendapatkannya.

Reitahwana lalu memutuskan pergi ke negeri Mantili untuk mencari sosok Dewi Shinta.
Namun sayang, sebelum sampai ke negeri Mantili, sambungan cerita diputus sementara sampai di sini, karena kalau dilihat halamannya, chapter ini sudah cukup panjang XD

Jadi, TBC dulu ya! Jaa~ ^o^)//

=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=TBC=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=

Makasih banyak yang udah baca. Maaf ya, kalimatnya kacau XD